Ribuan Artikel Kesehatan ada disini, Cari Cepat disini:

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan |
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan di BPS

»Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan di BPS
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM
MENGHADAPI PERSALINAN DI BPS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS), disebutkan bahwa visi rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman.
Perawatan antenatal yang teratur dapat menurunkan secara mendasar mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak, perawatan antenatal yang memadai juga dapat mengurangi risiko dalam persalinan.
Risiko dalam persalinan yang sering dijumpai yaitu perpanjangan dari kelahiran bayi, partus lama, hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage, passenger, psikis, penolong.
Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran. Dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama dukungan dari suami sehingga memberikan support moril terhadap Ibu (Kartini Kartono, 1986 : 192).
Namun demikian faktor psikis selama ini belum mendapatkan perhatian oleh penolong persalinan, hal ini sesuai dengan pendapat (Kartini Kartono) yang menyatakan bahwa para dokter dan bidan hampir-hampir tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan kondisi psikis wanita tersebut, sebab mereka biasanya disibukkan oleh faktor-faktor somatis (jasmaniah). Pada umumnya para dokter dan bidan menganggap tugas mereka telah selesai apabila bayinya sudah lahir dengan selamat dan ibunya tidak menunjukkan tanda-tanda patologis (Kartini Kartono, 1986).
Sejalan dengan hal tersebut, di masyarakat paradigma persalinan masih menganggap persalinan itu merupakan pertaruhan hidup dan mati, sehingga wanita yang akan melahirkan mengalami ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati baik bagi dirinya sendiri ataupun bayi yang akan dilahirkannya (Kartini Kartono, 1986:190).
Melihat fenomena di atas, menunjukkan bahwa proses persalinan selain dipengaruhi oleh faktor passage, passanger, power dan penolong, faktor psikis juga sangat menentukan keberhasilan persalinan. Dimana kecemasan atau ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (intra psikis) dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama/partus lama atau perpanjangan Kala II (Depkes RI Pusdiknakes).
Berdasarkan pre survey bulan Januari – Februari 2009 di BPS ............. terdapat 30 ibu hamil dalam trisemester III yang akan bersalin, 20 diantaranya ibu primigravida dan multigravida menyatakan cemas dalam menghadapi proses persalinan. Gangguan psikis dapat juga disebabkan oleh kurangnya pengetahun, terutama tentang proses mekanisme persalinan. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin meneliti tentang “Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan”.

1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas data-data yang ada dilatarbelakangi masalah dapat diidentifikasikan masalah yang ada. Dari 30 orang Ibu yang akan melahirkan di BPS ............. terdapat 20 orang Ibu dalam menghadapi persalinannya terlihat cemas.

1.3. Rumusan Masalah
1.3.1. Masalah
Dari identifikasi masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah : Masih ditemukan kecemasan pada Ibu yang akan bersalin dan belum diketahuinya tentang tingkat kecemasan Ibu yang akan bersalin.
1.3.2. Permasalahan
Dari rumusan masalah di atas maka penulis mengemukakan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di BPS ..............
b. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu multigravida dalam menghadapi persalinan di BPS ..............

1.4. Pertanyaan Penelitian
1.4.1. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu primigravida dalam menghadapi persalinan.
1.4.2. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu multigravida dalam menghadapi persalinan.

1.5. Tujuan Penelitian
1.5.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kecemasan Ibu bersalin di BPS ..............
1.5.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan Ibu bersalin primigravida di BPS ..............
b. Untuk mengidentifikasikan tingkat kecemasan Ibu bersalin multigravida di BPS ..............
1.6. Manfaat

1.6.1. Bagi peneliti
Untuk mengetahui dengan jelas tingkat kecemasan Ibu dan suami dalam menghadapi persalinan sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan, serta sebagai penerapan ilmu yang telah di dapat selama studi.
1.6.2. Bagi pengembangan ilmu
Sebagai referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan kecemasan Ibu dalam menghadapi persalinan.
1.6.3. Sebagai masukan atau bahan bagi ibu-ibu di BPS ............. guna meningkatkan pengetahuan tentang persalinan.
1.6.4. Menjadi bahan atau dasar bagi peneliti lebih lanjut.

1.7. Ruang Lingkup
1.7.1. Jenis Penelitian : deskriptif
1.7.2. Subyek Penelitian
Ibu yang datang ke BPS ............. dengan umur kehamilan 8-9 bulan.
1.7.3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah tingkat kecemasan Ibu dalam menghadapi persalinan.
1.7.4. Tempat Penelitian : di BPS ............. Jl. Terusan Imam Bonjol Gedongtataan ............. Selatan.
1.7.5. Waktu Penelitian : Bulan Mei 2009


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PERSALINAN, DI BPS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan di BPS

Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan di BPS

»Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan di BPS
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM
MENGHADAPI PERSALINAN DI BPS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS), disebutkan bahwa visi rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman.
Perawatan antenatal yang teratur dapat menurunkan secara mendasar mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak, perawatan antenatal yang memadai juga dapat mengurangi risiko dalam persalinan.
Risiko dalam persalinan yang sering dijumpai yaitu perpanjangan dari kelahiran bayi, partus lama, hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage, passenger, psikis, penolong.
Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran. Dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama dukungan dari suami sehingga memberikan support moril terhadap Ibu (Kartini Kartono, 1986 : 192).
Namun demikian faktor psikis selama ini belum mendapatkan perhatian oleh penolong persalinan, hal ini sesuai dengan pendapat (Kartini Kartono) yang menyatakan bahwa para dokter dan bidan hampir-hampir tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan kondisi psikis wanita tersebut, sebab mereka biasanya disibukkan oleh faktor-faktor somatis (jasmaniah). Pada umumnya para dokter dan bidan menganggap tugas mereka telah selesai apabila bayinya sudah lahir dengan selamat dan ibunya tidak menunjukkan tanda-tanda patologis (Kartini Kartono, 1986).
Sejalan dengan hal tersebut, di masyarakat paradigma persalinan masih menganggap persalinan itu merupakan pertaruhan hidup dan mati, sehingga wanita yang akan melahirkan mengalami ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati baik bagi dirinya sendiri ataupun bayi yang akan dilahirkannya (Kartini Kartono, 1986:190).
Melihat fenomena di atas, menunjukkan bahwa proses persalinan selain dipengaruhi oleh faktor passage, passanger, power dan penolong, faktor psikis juga sangat menentukan keberhasilan persalinan. Dimana kecemasan atau ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (intra psikis) dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama/partus lama atau perpanjangan Kala II (Depkes RI Pusdiknakes).
Berdasarkan pre survey bulan Januari – Februari 2009 di BPS ............. terdapat 30 ibu hamil dalam trisemester III yang akan bersalin, 20 diantaranya ibu primigravida dan multigravida menyatakan cemas dalam menghadapi proses persalinan. Gangguan psikis dapat juga disebabkan oleh kurangnya pengetahun, terutama tentang proses mekanisme persalinan. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin meneliti tentang “Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan”.

1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas data-data yang ada dilatarbelakangi masalah dapat diidentifikasikan masalah yang ada. Dari 30 orang Ibu yang akan melahirkan di BPS ............. terdapat 20 orang Ibu dalam menghadapi persalinannya terlihat cemas.

1.3. Rumusan Masalah
1.3.1. Masalah
Dari identifikasi masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah : Masih ditemukan kecemasan pada Ibu yang akan bersalin dan belum diketahuinya tentang tingkat kecemasan Ibu yang akan bersalin.
1.3.2. Permasalahan
Dari rumusan masalah di atas maka penulis mengemukakan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di BPS ..............
b. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu multigravida dalam menghadapi persalinan di BPS ..............

1.4. Pertanyaan Penelitian
1.4.1. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu primigravida dalam menghadapi persalinan.
1.4.2. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu multigravida dalam menghadapi persalinan.

1.5. Tujuan Penelitian
1.5.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kecemasan Ibu bersalin di BPS ..............
1.5.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan Ibu bersalin primigravida di BPS ..............
b. Untuk mengidentifikasikan tingkat kecemasan Ibu bersalin multigravida di BPS ..............
1.6. Manfaat

1.6.1. Bagi peneliti
Untuk mengetahui dengan jelas tingkat kecemasan Ibu dan suami dalam menghadapi persalinan sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan, serta sebagai penerapan ilmu yang telah di dapat selama studi.
1.6.2. Bagi pengembangan ilmu
Sebagai referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan kecemasan Ibu dalam menghadapi persalinan.
1.6.3. Sebagai masukan atau bahan bagi ibu-ibu di BPS ............. guna meningkatkan pengetahuan tentang persalinan.
1.6.4. Menjadi bahan atau dasar bagi peneliti lebih lanjut.

1.7. Ruang Lingkup
1.7.1. Jenis Penelitian : deskriptif
1.7.2. Subyek Penelitian
Ibu yang datang ke BPS ............. dengan umur kehamilan 8-9 bulan.
1.7.3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah tingkat kecemasan Ibu dalam menghadapi persalinan.
1.7.4. Tempat Penelitian : di BPS ............. Jl. Terusan Imam Bonjol Gedongtataan ............. Selatan.
1.7.5. Waktu Penelitian : Bulan Mei 2009


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PERSALINAN, DI BPS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan di BPS

Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu

»Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN RENDAHNYA CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan dilakukan disegala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan bagian interaksi dari pembangunan nasional yang secara keseluruhanya perlu digalakkan pula. Hal ini telah digariskan dalam sistem kesehatan nasional antara lain disebutkan bahwa sebagai tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan SDM sebagai modal dasar pembangunan nasional (Digitized by USU Digital Library, 2003).
Dalam beberapa tahu terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup menggembirakan meskipun tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1971 Angka Kematian Bayi (AKB) diperkirakan sebesar 152 per 1000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Berdasarkan Estimasi Susenas tahun 2002-2003 Angka Kematian Bayi (AKB) berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1000 kelahiran hidup (Indikator Kesejahteraan Anak 2000 (Estimasi SUPAS 1995) dan Estimasi Susenas 2002-2003).
Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia yang antara lain ditandai dengan berhasil diturunkan Angka Kematian Ibu dari 334 per 100.000 kelahiran hidup (1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2003), Angka Kematian Bayi dari 46 per 1000 kelahiran hidup (1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (2002). Dan Angka Kematian Balita dari 58 per 1000 kelahiran hidup menjadi 46 per 1000 kelahiran hidup (2003), namun pencapaiannya masih jauh dari yang diharapkan. Dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN, kematian ibu melahirkan, bayi, dan balita di Indonesia adalah yang tertinggi. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2005).
Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui program-program kesehatan, melainkan berhubungan erat dengan program KB. Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa, yang pelaksanaanya secara operasional dibentuklah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran nasional (Digitized by USU Digital Library, 2003).
Data Kabupaten ................. pada tahun 2007 cakupan penimbangan balita yaitu yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 81,99%, untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 97,56%. Kabupaten ................. menargetkan cakupan penimbangan balita di posyandu mencapai 90% (Dinkes Kabupaten ................., 2007).
Data Puskesmas .............. Kecamatan .............. pada tahun 2007, cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 76%. Untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 86%. Puskesmas .............. Kecamatan .............. menargetkan penimbangan balita di posyandu mencapai 100% (Puskesmas .............. Kec. .............., 2007).
Di Kecamatan .............. Kabupaten ................. ada 6 desa yaitu desa Adirejo, Sidodadi, Gondangrejo, Siraman, .............., dan Tulus Rejo. Di desa Adirejo cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 86% di desa Sidodadi mencapai 78%, di desa Gondangrejo mencapai 83%, di desa Siraman mencapai 40%, di desa mencapai 66% dan di desa Tulusrejo mencapai 79%. Dari keenam desa tersebut desa Siraman yang cakupan penimbangan balita di posyandu yang paling rendah. Desa Siraman Kecamatan .............. menargetkan penimbangan di Posyandu mencapai 70%.
Di desa Siraman terdapat empat posyandu yang tersebar di empat lingkungan yaitu Posyandu Nusa Indah, Ngudi Bahagia, ................., dan Eko Purnomo. Jumlah bidan ada 1 orang dan jumlah kader 22 orang, di setiap posyandu terdapat 5 kader. Berdasarkan survey di lokasi diperoleh data dari tiga tahun terakhir (2005-2007) yaitu pada tahun 2005: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 49%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 57%, Posyandu ................. mencapai 29%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 44%, pada tahun 2006: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 50%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 47%, Posyandu ................. mencapai 32%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 42%, dan pada tahun 2007: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 49%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 51%, Posyandu ................. mencapai 30%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 39%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa dari keempat posyandu tersebut cakupan penimbangan balita yang paling rendah terdapat pada Posyandu ..................
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Posyandu ................................. Kecamatan .............. untuk mengetahui gambaran rendahnya cakupan penimbangan balita.

B. Rumusan Masalah
Dari data yang ada, maka masalah dalam penelitian ini adalah “Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu ................. di Desa Siraman Kec. ..............?”.

C. Ruang Lingkup
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Objek Penelitian : Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu ................................. Kecamatan ...............
3. Subjek Penelitian : Semua ibu yang mempunyai balita untuk ditimbang di wilayah kerja Posyandu ................................. Kecamatan .............. ..................
4. Lokasi Penelitian : Di Posyandu ................................. Kecamatan .............. Kabupaten ..................
5. Waktu Penelitian : Bulan Mei 2008.
6. Alasan Penelitian : Rendahnya cakupan penimbangan balita di Posyandu ................................. Kecamatan .............. Kabupaten ..................

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui gambaran rendahnya cakupan penimbangan balita di Posyandu ................................. Kecamatan .............. Kabupaten ..................
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran ibu yang tidak membawa balitanya untuk ditimbang di Posyandu berdasarkan karakteristik ibu (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi).
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang tidak membawa balitanya untuk ditimbang di Posyandu.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam penelitian serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.
2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan tentang cakupan kunjungan posyandu balita, partisipasi masyarakat terhadap kunjungan ke posyandu dan sebagai masukan untuk perencanaan kegiatan dimasa mendatang.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.
4. Bagi Ibu yang Mempunyai Balita
Menambah pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu dan sebagai masukan dan evaluasi peran serta ibu dalam kegiatan pelayanan posyandu.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN RENDAHNYA CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu

Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu

»Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN RENDAHNYA CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan dilakukan disegala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan bagian interaksi dari pembangunan nasional yang secara keseluruhanya perlu digalakkan pula. Hal ini telah digariskan dalam sistem kesehatan nasional antara lain disebutkan bahwa sebagai tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan SDM sebagai modal dasar pembangunan nasional (Digitized by USU Digital Library, 2003).
Dalam beberapa tahu terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup menggembirakan meskipun tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1971 Angka Kematian Bayi (AKB) diperkirakan sebesar 152 per 1000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Berdasarkan Estimasi Susenas tahun 2002-2003 Angka Kematian Bayi (AKB) berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1000 kelahiran hidup (Indikator Kesejahteraan Anak 2000 (Estimasi SUPAS 1995) dan Estimasi Susenas 2002-2003).
Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia yang antara lain ditandai dengan berhasil diturunkan Angka Kematian Ibu dari 334 per 100.000 kelahiran hidup (1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2003), Angka Kematian Bayi dari 46 per 1000 kelahiran hidup (1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (2002). Dan Angka Kematian Balita dari 58 per 1000 kelahiran hidup menjadi 46 per 1000 kelahiran hidup (2003), namun pencapaiannya masih jauh dari yang diharapkan. Dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN, kematian ibu melahirkan, bayi, dan balita di Indonesia adalah yang tertinggi. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2005).
Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui program-program kesehatan, melainkan berhubungan erat dengan program KB. Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa, yang pelaksanaanya secara operasional dibentuklah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran nasional (Digitized by USU Digital Library, 2003).
Data Kabupaten ................. pada tahun 2007 cakupan penimbangan balita yaitu yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 81,99%, untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 97,56%. Kabupaten ................. menargetkan cakupan penimbangan balita di posyandu mencapai 90% (Dinkes Kabupaten ................., 2007).
Data Puskesmas .............. Kecamatan .............. pada tahun 2007, cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 76%. Untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 86%. Puskesmas .............. Kecamatan .............. menargetkan penimbangan balita di posyandu mencapai 100% (Puskesmas .............. Kec. .............., 2007).
Di Kecamatan .............. Kabupaten ................. ada 6 desa yaitu desa Adirejo, Sidodadi, Gondangrejo, Siraman, .............., dan Tulus Rejo. Di desa Adirejo cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 86% di desa Sidodadi mencapai 78%, di desa Gondangrejo mencapai 83%, di desa Siraman mencapai 40%, di desa mencapai 66% dan di desa Tulusrejo mencapai 79%. Dari keenam desa tersebut desa Siraman yang cakupan penimbangan balita di posyandu yang paling rendah. Desa Siraman Kecamatan .............. menargetkan penimbangan di Posyandu mencapai 70%.
Di desa Siraman terdapat empat posyandu yang tersebar di empat lingkungan yaitu Posyandu Nusa Indah, Ngudi Bahagia, ................., dan Eko Purnomo. Jumlah bidan ada 1 orang dan jumlah kader 22 orang, di setiap posyandu terdapat 5 kader. Berdasarkan survey di lokasi diperoleh data dari tiga tahun terakhir (2005-2007) yaitu pada tahun 2005: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 49%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 57%, Posyandu ................. mencapai 29%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 44%, pada tahun 2006: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 50%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 47%, Posyandu ................. mencapai 32%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 42%, dan pada tahun 2007: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 49%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 51%, Posyandu ................. mencapai 30%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 39%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa dari keempat posyandu tersebut cakupan penimbangan balita yang paling rendah terdapat pada Posyandu ..................
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Posyandu ................................. Kecamatan .............. untuk mengetahui gambaran rendahnya cakupan penimbangan balita.

B. Rumusan Masalah
Dari data yang ada, maka masalah dalam penelitian ini adalah “Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu ................. di Desa Siraman Kec. ..............?”.

C. Ruang Lingkup
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Objek Penelitian : Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu ................................. Kecamatan ...............
3. Subjek Penelitian : Semua ibu yang mempunyai balita untuk ditimbang di wilayah kerja Posyandu ................................. Kecamatan .............. ..................
4. Lokasi Penelitian : Di Posyandu ................................. Kecamatan .............. Kabupaten ..................
5. Waktu Penelitian : Bulan Mei 2008.
6. Alasan Penelitian : Rendahnya cakupan penimbangan balita di Posyandu ................................. Kecamatan .............. Kabupaten ..................

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui gambaran rendahnya cakupan penimbangan balita di Posyandu ................................. Kecamatan .............. Kabupaten ..................
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran ibu yang tidak membawa balitanya untuk ditimbang di Posyandu berdasarkan karakteristik ibu (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi).
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang tidak membawa balitanya untuk ditimbang di Posyandu.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam penelitian serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.
2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan tentang cakupan kunjungan posyandu balita, partisipasi masyarakat terhadap kunjungan ke posyandu dan sebagai masukan untuk perencanaan kegiatan dimasa mendatang.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.
4. Bagi Ibu yang Mempunyai Balita
Menambah pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu dan sebagai masukan dan evaluasi peran serta ibu dalam kegiatan pelayanan posyandu.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN RENDAHNYA CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu

Gambaran Penyapihan Anak Kurang Dari 2 Tahun di Desa

»Gambaran Penyapihan Anak Kurang Dari 2 Tahun di Desa
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seperti kita ketahui bahwa alam telah menyediakan makanan yang paling sesuai untuk bayi, yaitu ASI. Bagi anak, menerima ASI merupakan sebuah kebutuhan yang tak boleh terputus. Sebagaimana tercantum dalam Konvensi Hak-hak Anak tahun 1990 antara lain menegaskan bahwa tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak anak. Yang berarti selain ASI merupakan kebutuhan, juga merupakan hak asasi bayi yang harus dipenuhi oleh orang tuanya (Sastroasmoro,. 2007).

Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI eksklusif (Sofyan, 2005).

Asi ekslusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun (Purwanti, 2004).

Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 223 juga secara eksplisit dianjurkan agar para ibu memberi ASI sampai bayi berusia 2 tahun.Dan sudah sejak lama juga organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan pemberian ASI eksklusif, yakni ASI saja tanpa tambahan apapun, selama 6 bulan (Pujiarto, 2005).

Berbagai kepustakaan menginformasikan bahwa pada waktu dilahirkan, jumlah sel otak bayi telah mencapai 66% dan beratnya 25% dari ukuran otak orang dewasa, priode pertumbuhan otak yang paling kritis dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun, jadi apabila pada masa tersebut seorang anak menderita gizi dapat berpengaruh negatif terhadap jumlah dan ukuran sel otaknya, dalam hal ini pemberian ASI hingga 2 tahun sangat dianjurkan (Krisnatuti & Yenrina, 2000).

Analisis gizi telah memperlihatkan bahwa Asi mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya. Yaitu : kalori, protein, lemak, air, mineral, vitamin dan lain-lainnya terdapat dalam jumlah yang cukup dengan komposisi yang seimbang (Sastroasmoro, 2007).

Selain mengandung banyak gizi, ASI juga mudah dicerna bayi dan bersifat steril (tidak mengandung kuman). Pemberian ASI juga mempunyai efek emosional luar biasa yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak serta perkembangan jiwa anak.

Bayi yang tidak mendapat ASI beresiko kekurangan gizi, lantaran selain tidak dilengkapi oleh zat kekebalan, susu formula dibuat dengan takaran yang belum tentu seluruhnya sesuai dengan kebutuhan bayi (Nadesul, 2007).

Keputusan berhenti menyusui adalah pilihan masing-masing ibu. Usia menyapih biasanya 2 tahun, namun ada juga yang sampai 4 tahun atau lebih. Menurut beberapa penelitian komposisi ASI terus berubah hingga anak usia 2 tahun dan masih tetap mengandung nutrisi penting yang berguna untuk membangun system kekebalan tubuh anak.

Gencaran promosi susu formula menjadi penyebab menurunnya jumlah bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif.

Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultan Anak di Rumah Sakit UGM Yogyakarta tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu tahun 50,6%. Sedangkan data dari Survey Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberi ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% di perkotaan dan 55% di pedesaan (Depkes 1992) dari laporan SDKI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI ekslusif kepada bayinya mencapai 47% sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80% (Arifin Siregar, 2004).

Berdasarkan profil kesehatan di Puskesmas .............. tahun 2007 yang memberi ASI ekslusif sebesar 547 orang atau 38,6% dari 1468 ibu menyusui (Dinkes Kab. Lam-tim, 2007).

Desa Gondang Rejo merupakan bagian dari 6 kelurahan yang berada di kecamatan .............., Berdasarkan data presurvei di desa ...................... ditemukan jumlah ibu yang memiliki anak berusia <>
silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Penyapihan Anak Kurang Dari 2 Tahun di Desa

Gambaran Penyapihan Anak Kurang Dari 2 Tahun di Desa

»Gambaran Penyapihan Anak Kurang Dari 2 Tahun di Desa
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seperti kita ketahui bahwa alam telah menyediakan makanan yang paling sesuai untuk bayi, yaitu ASI. Bagi anak, menerima ASI merupakan sebuah kebutuhan yang tak boleh terputus. Sebagaimana tercantum dalam Konvensi Hak-hak Anak tahun 1990 antara lain menegaskan bahwa tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak anak. Yang berarti selain ASI merupakan kebutuhan, juga merupakan hak asasi bayi yang harus dipenuhi oleh orang tuanya (Sastroasmoro,. 2007).

Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI eksklusif (Sofyan, 2005).

Asi ekslusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun (Purwanti, 2004).

Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 223 juga secara eksplisit dianjurkan agar para ibu memberi ASI sampai bayi berusia 2 tahun.Dan sudah sejak lama juga organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan pemberian ASI eksklusif, yakni ASI saja tanpa tambahan apapun, selama 6 bulan (Pujiarto, 2005).

Berbagai kepustakaan menginformasikan bahwa pada waktu dilahirkan, jumlah sel otak bayi telah mencapai 66% dan beratnya 25% dari ukuran otak orang dewasa, priode pertumbuhan otak yang paling kritis dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun, jadi apabila pada masa tersebut seorang anak menderita gizi dapat berpengaruh negatif terhadap jumlah dan ukuran sel otaknya, dalam hal ini pemberian ASI hingga 2 tahun sangat dianjurkan (Krisnatuti & Yenrina, 2000).

Analisis gizi telah memperlihatkan bahwa Asi mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya. Yaitu : kalori, protein, lemak, air, mineral, vitamin dan lain-lainnya terdapat dalam jumlah yang cukup dengan komposisi yang seimbang (Sastroasmoro, 2007).

Selain mengandung banyak gizi, ASI juga mudah dicerna bayi dan bersifat steril (tidak mengandung kuman). Pemberian ASI juga mempunyai efek emosional luar biasa yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak serta perkembangan jiwa anak.

Bayi yang tidak mendapat ASI beresiko kekurangan gizi, lantaran selain tidak dilengkapi oleh zat kekebalan, susu formula dibuat dengan takaran yang belum tentu seluruhnya sesuai dengan kebutuhan bayi (Nadesul, 2007).

Keputusan berhenti menyusui adalah pilihan masing-masing ibu. Usia menyapih biasanya 2 tahun, namun ada juga yang sampai 4 tahun atau lebih. Menurut beberapa penelitian komposisi ASI terus berubah hingga anak usia 2 tahun dan masih tetap mengandung nutrisi penting yang berguna untuk membangun system kekebalan tubuh anak.

Gencaran promosi susu formula menjadi penyebab menurunnya jumlah bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif.

Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultan Anak di Rumah Sakit UGM Yogyakarta tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu tahun 50,6%. Sedangkan data dari Survey Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberi ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% di perkotaan dan 55% di pedesaan (Depkes 1992) dari laporan SDKI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI ekslusif kepada bayinya mencapai 47% sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80% (Arifin Siregar, 2004).

Berdasarkan profil kesehatan di Puskesmas .............. tahun 2007 yang memberi ASI ekslusif sebesar 547 orang atau 38,6% dari 1468 ibu menyusui (Dinkes Kab. Lam-tim, 2007).

Desa Gondang Rejo merupakan bagian dari 6 kelurahan yang berada di kecamatan .............., Berdasarkan data presurvei di desa ...................... ditemukan jumlah ibu yang memiliki anak berusia <>
silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Penyapihan Anak Kurang Dari 2 Tahun di Desa

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas II Tentang Diet Seimbang di SMA Negeri

»Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas II Tentang Diet Seimbang di SMA Negeri
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS II
TENTANG DIET SEIMBANG DI SMA NEGERI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang terus berkembang baik fisik, sosial dan psikologis (Khomsan, 2002). Selama pertumbuhan pesat masa remaja terjadi perubahan fisik penting diantaranya adalah perubahan ukuran tubuh baik tinggi maupun berat badan, perubahan proporsi tubuh ditandai dengan daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya kecil menjadi besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain, organ seks mencapai ukuran yang matang dan ciri-ciri seks sekunder berada pada tingkat perkembangan yang matang pada akhir masa remaja (Hurlock,1997).
Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial, untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru, yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, karena remaja lebih banyak berada diluar rumah maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga (Hurlock, 1997). Salah satu contoh keterpengaruhan ini adalah dalam hal pemilihan makanan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian atau food fadism (Arisman, 2004).
Supaya Pertumbuhan dan perkembangan berjalan optimal tubuh memerlukan nutrisi yang memadai, kecukupan energi, protein, lemak dan suplai semua nutrien esensial yang menjadi basis pertumbuhan. Asupan energi mempengaruhi pertumbuhan tubuh dan bila asupan tidak adekuat, menyebabkan seluruh unit fungsional remaja ikut menderita, antara lain adalah derajat metabolisme, tingkat aktifitas, tampilan fisik dan maturasi seksual (Soetjiningsih, 2004).
Kecemasan akan bentuk tubuh yang tidak ideal membuat remaja sengaja tidak makan, kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau hanya menyantap kudapan. Kebiasaan ini di pengaruhi oleh teman, media terutama iklan di televisi, atau bahkan dari keluarga. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan. Makanan siap saji (junk food) kini semakin di gemari oleh remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun makanan besar. Makanan ini mudah di peroleh, di samping lebih dikenal karena terpengaruh iklan. Bahan makanan jenis ini sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C, sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium tinggi. Mengkonsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat berakibat kegemukan dan kekurangan zat gizi lain (Arisman,2004).
Kebiasaan makan yang di peroleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan zat besi misalnya, dapat menimbulkan anemia dan keletihan, terutama remaja wanita yang membutuhkan zat besi lebih tinggi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga kedewasa dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor resiko penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, diabetes melitus, artritis, penyakit kantung empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernafasan, dan berbagai gangguan kulit (Arisman, 2004).
Berdasarkan data berat badan dan tinggi badan sebagai hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 April 2009, diperoleh hasil penghitungan sebagai berikut : dari seluruh remaja wanita kelas II ............... yang berjumlah 193 orang ,30 orang diantaranya (15,54%) memiliki berat badan ideal,137 orang (70,98%) memiliki berat badan kurang dari berat badan ideal dan 26 orang (13,47%) memiliki berat badan lebih dari berat badan ideal, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ................

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah dalam penelitian yaitu “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ...............?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ................
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang pengertian diet seimbang di ................
b. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang konsumsi makanan sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) di ................
c. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang pengaruh gizi pada proses tubuh di ................

D. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ............... adalah :
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Remaja Wanita Kelas II ...............
3. Objek penelitian : Pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ................
4. Lokasi penelitian : Sesuai dengan latar belakang penelitian ini maka penulis menetapkan lokasi untuk melakukan penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 2 ................
5. Waktu Penelitian : April – Mei 2009

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Remaja Wanita
Sebagai informasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan remaja wanita tentang diet seimbang
2. Bagi Insitusi yang diteliti
Sebagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan seluruh siswa tentang diet seimbang
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi atau bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan diet seimbang

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS
II TENTANG DIET SEIMBANG DI SMA NEGERI

(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas II Tentang Diet Seimbang di SMA Negeri

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas II Tentang Diet Seimbang di SMA Negeri

»Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas II Tentang Diet Seimbang di SMA Negeri
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS II
TENTANG DIET SEIMBANG DI SMA NEGERI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang terus berkembang baik fisik, sosial dan psikologis (Khomsan, 2002). Selama pertumbuhan pesat masa remaja terjadi perubahan fisik penting diantaranya adalah perubahan ukuran tubuh baik tinggi maupun berat badan, perubahan proporsi tubuh ditandai dengan daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya kecil menjadi besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain, organ seks mencapai ukuran yang matang dan ciri-ciri seks sekunder berada pada tingkat perkembangan yang matang pada akhir masa remaja (Hurlock,1997).
Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial, untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru, yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, karena remaja lebih banyak berada diluar rumah maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga (Hurlock, 1997). Salah satu contoh keterpengaruhan ini adalah dalam hal pemilihan makanan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian atau food fadism (Arisman, 2004).
Supaya Pertumbuhan dan perkembangan berjalan optimal tubuh memerlukan nutrisi yang memadai, kecukupan energi, protein, lemak dan suplai semua nutrien esensial yang menjadi basis pertumbuhan. Asupan energi mempengaruhi pertumbuhan tubuh dan bila asupan tidak adekuat, menyebabkan seluruh unit fungsional remaja ikut menderita, antara lain adalah derajat metabolisme, tingkat aktifitas, tampilan fisik dan maturasi seksual (Soetjiningsih, 2004).
Kecemasan akan bentuk tubuh yang tidak ideal membuat remaja sengaja tidak makan, kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau hanya menyantap kudapan. Kebiasaan ini di pengaruhi oleh teman, media terutama iklan di televisi, atau bahkan dari keluarga. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan. Makanan siap saji (junk food) kini semakin di gemari oleh remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun makanan besar. Makanan ini mudah di peroleh, di samping lebih dikenal karena terpengaruh iklan. Bahan makanan jenis ini sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C, sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium tinggi. Mengkonsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat berakibat kegemukan dan kekurangan zat gizi lain (Arisman,2004).
Kebiasaan makan yang di peroleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan zat besi misalnya, dapat menimbulkan anemia dan keletihan, terutama remaja wanita yang membutuhkan zat besi lebih tinggi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga kedewasa dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor resiko penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, diabetes melitus, artritis, penyakit kantung empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernafasan, dan berbagai gangguan kulit (Arisman, 2004).
Berdasarkan data berat badan dan tinggi badan sebagai hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 April 2009, diperoleh hasil penghitungan sebagai berikut : dari seluruh remaja wanita kelas II ............... yang berjumlah 193 orang ,30 orang diantaranya (15,54%) memiliki berat badan ideal,137 orang (70,98%) memiliki berat badan kurang dari berat badan ideal dan 26 orang (13,47%) memiliki berat badan lebih dari berat badan ideal, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ................

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah dalam penelitian yaitu “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ...............?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ................
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang pengertian diet seimbang di ................
b. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang konsumsi makanan sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) di ................
c. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang pengaruh gizi pada proses tubuh di ................

D. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ............... adalah :
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Remaja Wanita Kelas II ...............
3. Objek penelitian : Pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ................
4. Lokasi penelitian : Sesuai dengan latar belakang penelitian ini maka penulis menetapkan lokasi untuk melakukan penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 2 ................
5. Waktu Penelitian : April – Mei 2009

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Remaja Wanita
Sebagai informasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan remaja wanita tentang diet seimbang
2. Bagi Insitusi yang diteliti
Sebagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan seluruh siswa tentang diet seimbang
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi atau bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan diet seimbang

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS
II TENTANG DIET SEIMBANG DI SMA NEGERI

(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas II Tentang Diet Seimbang di SMA Negeri

Gambaran Pengetahuan Primipara Terhadap Perkembangan Bayi 0-1 Tahun

»Gambaran Pengetahuan Primipara Terhadap Perkembangan Bayi 0-1 Tahun
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANGAN
BAYI 0-1 TAHUN DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Memiliki anak sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkan tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi dan merawat anak secara seksama, khususnya memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya (Sulistijani dan Helianty, 2004).
Angka kematian perinatal pada tahun 1984 diperkirakan 45/1000 kelahiran. Penyebab utama kematian perinatal adalah asfiksia, komplikasi BBLR, tetanus neonatum dan trauma kelahiran. Sebagian besar dari kematian tersebut sebenarnya dapat dicegah, bila kesehatan ibu selama hamil terjaga dengan baik dan pertolongan persalinan yang diberikan bersih dan aman (Depkes Republik Indonesia, 2002).
Anak yang lahir di negara maju dan negara berkembang mempunyai masa depan yang sangat berbeda. Dari data UNICEF 1980, yang dikutip dari Morley menunjukkan perbedaaan tersebut :
Negara Maju Negara Berkembangan
1. Kemungkinan meninggal sebelum umur 1 tahun
2. Umur harapan hidup
3. Kesempatan diperiksa tenaga kesehatan
4. Kemungkinan lama sekolah
(Soetjiningsih, 2002) 1:100
70 tahun
semua
11 tahun 1:5
50 tahun
1:10
2 tahun
Seperti kita ketahui bahwa masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti, flu, diare, bronkhitis atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau menggangu proses tumbuh kembangnya. Proses tumbuh kembang bayi dan balita merupakan proses yang penting untuk diketahui dan dipahami karena proses tersebut menentukan masa depan anak baik fisik, jiwa maupun prilakunya (Sulistijani dan Helianty, 2004).
AKB dan AKBAL di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya sekitar 1,2 – 1,3 kali lipat. AKB di Indonesia tahun 1997 sebesar 52 dan AKBAL sekitar 19 per 1000 KH. Hal tersebut berarti dari sekitar 4 juta bayi lahir pertahun 300.000 meninggal sebelum ulang tahunnya ke 5 atau sekitar 800 balita meninggal per hari atau satu balita Indonesia meninggal setiap 2 menit. AKB terendah adalah 29 per 1000 KH (DKI Jakarta) dan tertinggi 98 per 1000 KH (Nusa Tenggara Barat). Menurut profil kesehatan 1996, selain propinsi NTB ada propinsi lain yang mempunyai AKB diatas angka nasional , yaitu : Lampung, Sumatra Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Irian Jaya, Kalimantan Selatan. (SDKI, 1997).
Beberapa teori perkembangan yang dianut oleh Erik Erikson, Sigmund Freud, Jean Piaget dan Robert Sears, mereka menyoroti perkembangan dari berbagai aspek yang berbeda, namun semua sepakat bahwa proses perkembangan terjadi selangkah-demi selangkah secara urut dan teratur. Erikson mengungkapkan bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar dengan pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara perkembangan fisis dan psikologis. Sedangkan Sigmund Freud terkenal sebagai penggali teori alam bawah sadar dan pakar psikoanalisis menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang dialami selama perkembangan psikososialnya. Jean Piaget adalah pakar paling terkemuka dalam bidang teori perkembangan kognitif. Adapun inti pengertian teori Piaget menurut M̦nks adalah bahwa perkembangan dipandang sebagai kelanjutan generasa Рembrio. Sears mengembangkan teori belajar yang dikaitkan dengan perilaku anak dalam perkembangan. Ia juga sangat menekankan pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya, ia berpendapat bahwa pola asuh sangat menentukan perkembangan kepribadian anak (Markum, 2002).
Dalam penelitian ini di batasi oleh pengertian perkembangan dan tahap-tahap perkembangan bayi 0-1 tahun .
Di kelurahan ................ terdapat 7 dari 12 primipara yang memiliki bayi 0-1 tahun. Lebih memfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja dan mereka beranggapan bahwa bila anaknya dapat berjalan sebelum waktunya maka nantinya anak itu akan pintar. Selain itu juga ada anggapan bahwa anak yang retardasi mental ditandai dengan luka muka yang khas.

1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 Pengetahuan primipara di Kelurahan ................ tentang pengertian perkembangan bayi masih rendah.
1.2.2 Pengetahuan primipara di Kelurahan ................ tentang tahap perilaku sosial bayi masih rendah.
1.2.3 Pengetahuan primipara di Kelurahan ................ tentang tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi masih rendah.
1.2.4 Pengetahuan primipara di Kelurahan ................ tentang perkembangan kemampuan bahasa bayi masih rendah.
1.2.5 Pengetahuan primipara di Kelurahan ................ tentang perkembangan kemampuan motorik bayi masih rendah.

1.3 Perumusan Masalah
Dari hasil pra survey tentang pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan ................ masih rendah.

1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan ................ Kecamatan ......................... bulan April-Mei tahun 2009.
1.4.2 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan perilaku sosial bayi 0-1 tahun di Kelurahan ................ Kecamatan ......................... Bulan April-Mei tahun 2009.
1.4.3 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0-1 tahun di Kelurahan ......................... bulan April-Mei tahun 2009.
1.4.4 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0-1 tahun di Kelurahan ................ Kecamatan ......................... bulan April-Mei tahun 2009.
1.4.5 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0-1 tahun di Kelurahan ................ Kecamatan ......................... bulan April-Mei tahun 2009.

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, maka penulis menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang pengetahuan Primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Karang Raya Kecamatan ......................... bulan April-Mei 2009
1.5.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengetahuan Primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0-1 tahun
b. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan perilaku sosial bayi 0-1 tahun
c. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0-1 tahun
d. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0-1 tahun
e. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0-1 tahun

1.6 Manfaat penelitian
1.6.1 Untuk tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait khususnya Puskesmas dalam meningkatkan penyuluhan tentang perkembangan bayi 0-1 tahun
1.6.2 Untuk Institusi
Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan perpustakaan
1.6.3 Untuk Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penulisan karya ilmiah serta menambah pengalaman dalam bidang penelitian khususnya mengenai perkembangan bayi 0-1 tahun
1.6.4 Untuk masyarakat khususnya ibu yang memiliki bayi
Dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki bayi mengenai pentingnya proses perkembangan bayi dalam aspek fisik, mental dan sosial, pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya posyandu.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian : Deskriptif
1.7.2 Objek Penelitian : Pengetahuan primipara terhadap perkembangan
bayi 0-1 tahun
1.7.3 Subjek Penelitian : Ibu-ibu yang memiliki bayi 0-1 tahun di
Kelurahan ................
1.7.4 Lokasi Penelitian : Kelurahan ................ Kecamatan Tanjung
Karang Timur.
1.7.5 Waktu Penelitian : April-Mei 2009
1.7.6 Alasan : Ibu-ibu kurang memahami perkembangan bayi
karena hanya memfokuskan pada kemampuan
motorik saja.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANGAN
BAYI 0-1 TAHUN DI KELURAHAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Primipara Terhadap Perkembangan Bayi 0-1 Tahun

Gambaran Pengetahuan Primipara Terhadap Perkembangan Bayi 0-1 Tahun

»Gambaran Pengetahuan Primipara Terhadap Perkembangan Bayi 0-1 Tahun
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANGAN
BAYI 0-1 TAHUN DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Memiliki anak sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkan tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi dan merawat anak secara seksama, khususnya memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya (Sulistijani dan Helianty, 2004).
Angka kematian perinatal pada tahun 1984 diperkirakan 45/1000 kelahiran. Penyebab utama kematian perinatal adalah asfiksia, komplikasi BBLR, tetanus neonatum dan trauma kelahiran. Sebagian besar dari kematian tersebut sebenarnya dapat dicegah, bila kesehatan ibu selama hamil terjaga dengan baik dan pertolongan persalinan yang diberikan bersih dan aman (Depkes Republik Indonesia, 2002).
Anak yang lahir di negara maju dan negara berkembang mempunyai masa depan yang sangat berbeda. Dari data UNICEF 1980, yang dikutip dari Morley menunjukkan perbedaaan tersebut :
Negara Maju Negara Berkembangan
1. Kemungkinan meninggal sebelum umur 1 tahun
2. Umur harapan hidup
3. Kesempatan diperiksa tenaga kesehatan
4. Kemungkinan lama sekolah
(Soetjiningsih, 2002) 1:100
70 tahun
semua
11 tahun 1:5
50 tahun
1:10
2 tahun
Seperti kita ketahui bahwa masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti, flu, diare, bronkhitis atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau menggangu proses tumbuh kembangnya. Proses tumbuh kembang bayi dan balita merupakan proses yang penting untuk diketahui dan dipahami karena proses tersebut menentukan masa depan anak baik fisik, jiwa maupun prilakunya (Sulistijani dan Helianty, 2004).
AKB dan AKBAL di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya sekitar 1,2 – 1,3 kali lipat. AKB di Indonesia tahun 1997 sebesar 52 dan AKBAL sekitar 19 per 1000 KH. Hal tersebut berarti dari sekitar 4 juta bayi lahir pertahun 300.000 meninggal sebelum ulang tahunnya ke 5 atau sekitar 800 balita meninggal per hari atau satu balita Indonesia meninggal setiap 2 menit. AKB terendah adalah 29 per 1000 KH (DKI Jakarta) dan tertinggi 98 per 1000 KH (Nusa Tenggara Barat). Menurut profil kesehatan 1996, selain propinsi NTB ada propinsi lain yang mempunyai AKB diatas angka nasional , yaitu : Lampung, Sumatra Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Irian Jaya, Kalimantan Selatan. (SDKI, 1997).
Beberapa teori perkembangan yang dianut oleh Erik Erikson, Sigmund Freud, Jean Piaget dan Robert Sears, mereka menyoroti perkembangan dari berbagai aspek yang berbeda, namun semua sepakat bahwa proses perkembangan terjadi selangkah-demi selangkah secara urut dan teratur. Erikson mengungkapkan bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar dengan pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara perkembangan fisis dan psikologis. Sedangkan Sigmund Freud terkenal sebagai penggali teori alam bawah sadar dan pakar psikoanalisis menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang dialami selama perkembangan psikososialnya. Jean Piaget adalah pakar paling terkemuka dalam bidang teori perkembangan kognitif. Adapun inti pengertian teori Piaget menurut M̦nks adalah bahwa perkembangan dipandang sebagai kelanjutan generasa Рembrio. Sears mengembangkan teori belajar yang dikaitkan dengan perilaku anak dalam perkembangan. Ia juga sangat menekankan pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya, ia berpendapat bahwa pola asuh sangat menentukan perkembangan kepribadian anak (Markum, 2002).
Dalam penelitian ini di batasi oleh pengertian perkembangan dan tahap-tahap perkembangan bayi 0-1 tahun .
Di kelurahan ................ terdapat 7 dari 12 primipara yang memiliki bayi 0-1 tahun. Lebih memfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja dan mereka beranggapan bahwa bila anaknya dapat berjalan sebelum waktunya maka nantinya anak itu akan pintar. Selain itu juga ada anggapan bahwa anak yang retardasi mental ditandai dengan luka muka yang khas.

1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 Pengetahuan primipara di Kelurahan ................ tentang pengertian perkembangan bayi masih rendah.
1.2.2 Pengetahuan primipara di Kelurahan ................ tentang tahap perilaku sosial bayi masih rendah.
1.2.3 Pengetahuan primipara di Kelurahan ................ tentang tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi masih rendah.
1.2.4 Pengetahuan primipara di Kelurahan ................ tentang perkembangan kemampuan bahasa bayi masih rendah.
1.2.5 Pengetahuan primipara di Kelurahan ................ tentang perkembangan kemampuan motorik bayi masih rendah.

1.3 Perumusan Masalah
Dari hasil pra survey tentang pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan ................ masih rendah.

1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan ................ Kecamatan ......................... bulan April-Mei tahun 2009.
1.4.2 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan perilaku sosial bayi 0-1 tahun di Kelurahan ................ Kecamatan ......................... Bulan April-Mei tahun 2009.
1.4.3 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0-1 tahun di Kelurahan ......................... bulan April-Mei tahun 2009.
1.4.4 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0-1 tahun di Kelurahan ................ Kecamatan ......................... bulan April-Mei tahun 2009.
1.4.5 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0-1 tahun di Kelurahan ................ Kecamatan ......................... bulan April-Mei tahun 2009.

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, maka penulis menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang pengetahuan Primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Karang Raya Kecamatan ......................... bulan April-Mei 2009
1.5.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengetahuan Primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0-1 tahun
b. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan perilaku sosial bayi 0-1 tahun
c. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0-1 tahun
d. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0-1 tahun
e. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0-1 tahun

1.6 Manfaat penelitian
1.6.1 Untuk tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait khususnya Puskesmas dalam meningkatkan penyuluhan tentang perkembangan bayi 0-1 tahun
1.6.2 Untuk Institusi
Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan perpustakaan
1.6.3 Untuk Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penulisan karya ilmiah serta menambah pengalaman dalam bidang penelitian khususnya mengenai perkembangan bayi 0-1 tahun
1.6.4 Untuk masyarakat khususnya ibu yang memiliki bayi
Dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki bayi mengenai pentingnya proses perkembangan bayi dalam aspek fisik, mental dan sosial, pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya posyandu.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian : Deskriptif
1.7.2 Objek Penelitian : Pengetahuan primipara terhadap perkembangan
bayi 0-1 tahun
1.7.3 Subjek Penelitian : Ibu-ibu yang memiliki bayi 0-1 tahun di
Kelurahan ................
1.7.4 Lokasi Penelitian : Kelurahan ................ Kecamatan Tanjung
Karang Timur.
1.7.5 Waktu Penelitian : April-Mei 2009
1.7.6 Alasan : Ibu-ibu kurang memahami perkembangan bayi
karena hanya memfokuskan pada kemampuan
motorik saja.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANGAN
BAYI 0-1 TAHUN DI KELURAHAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Primipara Terhadap Perkembangan Bayi 0-1 Tahun

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas

»Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A
DI POSYANDU ……… WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (essensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Depkes RI, 2005).
Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat gizi yang essensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Pada anak balita akibat KVA (Kekurangan Vitamin A) akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang berdampak sangat serius dari KVA adalah buta senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Ibu nifas yang cukup mendapat vitamin A akan meningkatkan kandungan vitamin A dalam air susu ibu (ASI), sehingga bayi yang disusui lebih kebal terhadap penyakit. Disamping itu kesehatan ibu lebih cepat pulih. Upaya perbaikan status vitamin A harus mulai sedini mungkin pada masa kanak-kanak terutama anak yang menderita KVA (Depkes RI, 2005).
Vitamin A esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Di seluruh dunia (WHO, 1991), diantara anak-anak pra sekolah diperkirakan terdapat sebanyak 6-7 juta kasus baru xeropthalmia tiap tahun, kurang lebih 10% diantaranya menderita kerusakan kornea. Diantara yang menderita kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam waktu satu tahun, sedangkan diantara yang hidup 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta. Diperkirakan pada satu waktu sebanyak 3 juta anak-anak buta karena kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta menderita kekurangan vitamin A pada tingkat lebih ringan. Perbedaan angka kematian antara anak yang kekurangan dan tidak kekurangan vitamin A kurang lebih sebesar 30% (Almatsier, 2003).
Penelitian yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 1992 menunjukkan dari 20 juta balita di Indonesia yang berumur enam bulan hingga lima tahun, setengahnya menderita kekurangan vitamin A. Sedangkan data WHO tahun 1995 menyebutkan Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang tingkat pemenuhan terhadap vitamin A tergolong rendah (www.sinarharapan.com, 2005).
Sementara studi yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance System (NHSS), dan Departemen Kesehatan (2001) menunjukkan sekitar 50% anak Indonesia usia 12-23 bulan tidak mengkonsumsi vitamin A dengan cukup dari makanan sehari-hari. Siti Halati, Manajer Lapangan Operasional HKI, mengatakan angka kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350 Retinol Ekvivalen (RE). Angka ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam makanan nabati atau hewani yang dikonsumsi.
Departemen Kesehatan sendiri gencar melakukan program penanggulangan kekurangan vitamin A sejak tahun 1970-an. Menurut catatan Depkes, tahun 1992 bahaya kebutaan akibat kekurangan vitamin A mampu diturunkan secara signifikan. (www.sinarharapan.com, 2005).
Menurut data yang didapatkan dari Puskesmas .............. tahun 2006 diketahui bahwa cakupan jumlah pemberian vitamin A pada balita sebanyak 75% dari jumlah target yang diharapkan sebesar 90%. Kemudian dari 12 posyandu yang ada terdapat 2 kasus balita dengan buta senja yang masing-masing berada di Posyandu Anggrek dan Posyandu Melati. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah kunjungan dengan pemberian vitamin A terbanyak yaitu di Posyandu Anggrek yang berjumlah 42 orang balita.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu Anggrek di Wilayah Kerja Puskesmas .............. Kecamatan ............... Kabupaten ...............”.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.2.1 Menurut data yang didapat dari Puskesmas .............. tahun 2006 ternyata masih rendahnya cakupan jumlah pemberian vitamin A pada balita sebanyak 75% dari jumlah target yang diharapkan sebesar 90%
1.2.2 Ditemukan 2 kasus balita dengan buta senja di Posyandu Anggrek dan Melati.

1.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: "Bagaimanakah pengetahuan Ibu yang memiliki balita tentang Vitamin A di Posyandu Anggrek di Wilayah Kerja Puskesmas .............. Kecamatan ............... Kabupaten ............... Tahun 2009?".

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu Anggrek di Wilayah Kerja Puskesmas .............. Kecamatan ............... Kabupaten ...............
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pengertian vitamin A
2. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang manfaat vitamin A
3. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang akibat kekurangan vitamin A
4. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang jadual pemberian vitamin A
5. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang makanan yang mengandung sumber vitamin A

1.5 Pertanyaan Penelitian
1.5.1 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian vitamin A?
1.5.2 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang manfaat vitamin A?
1.5.3 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang akibat dari kekurangan vitamin A?
1.5.4 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang jadual pemberian vitamin A?
1.5.5 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang makanan yang mengandung sumber vitamin A ?

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi ibu-ibu di Posyandu Anggrek
Sebagai bahan masukan untuk ikut berperan serta dalam kegiatan pelaksanaan pemberian vitamin A bagi bayi dan balita.
1.6.2 Bagi Puskesmas ..............
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi puskesmas untuk dapat meningkatkan cakupan pemberian vitamin A.
1.6.3 Bagi Akademi Kebidanan ..............
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Institusi sebagai data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.
1.6.4 Bagi Peneliti
Dapat mengetahui pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu Anggrek di Wilayah Kerja Puskesmas .............. Kecamatan ............... Kabupaten ................

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup peneliti dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1.7.1 Jenis Penelitian : Deskriptif
1.7.2 Objek Penelitian : Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Puskesmas .............. Kecamatan ............... Kabupaten ...............
1.7.3 Subjek penelitian : Ibu-ibu yang mempunyai balita yang mendapat vitamin A di Posyandu Anggrek wilayah kerja Puskesmas .............. Kecamatan ............... Kabupaten ...............
1.7.4 Lokasi Penelitian : Puskesmas .............. Kabupaten ...............
1.7.5 Waktu Penelitian : April - Mei 2008
1.7.6 Alasan Penelitian : Karena cakupan jumlah pemberian vitamin A pada balita di Puskesmas .............. tidak sesuai target, hanya 75% dari 90% yang ditargetkan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A DI POSYANDU ……… WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas

»Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A
DI POSYANDU ……… WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (essensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Depkes RI, 2005).
Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat gizi yang essensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Pada anak balita akibat KVA (Kekurangan Vitamin A) akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang berdampak sangat serius dari KVA adalah buta senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Ibu nifas yang cukup mendapat vitamin A akan meningkatkan kandungan vitamin A dalam air susu ibu (ASI), sehingga bayi yang disusui lebih kebal terhadap penyakit. Disamping itu kesehatan ibu lebih cepat pulih. Upaya perbaikan status vitamin A harus mulai sedini mungkin pada masa kanak-kanak terutama anak yang menderita KVA (Depkes RI, 2005).
Vitamin A esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Di seluruh dunia (WHO, 1991), diantara anak-anak pra sekolah diperkirakan terdapat sebanyak 6-7 juta kasus baru xeropthalmia tiap tahun, kurang lebih 10% diantaranya menderita kerusakan kornea. Diantara yang menderita kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam waktu satu tahun, sedangkan diantara yang hidup 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta. Diperkirakan pada satu waktu sebanyak 3 juta anak-anak buta karena kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta menderita kekurangan vitamin A pada tingkat lebih ringan. Perbedaan angka kematian antara anak yang kekurangan dan tidak kekurangan vitamin A kurang lebih sebesar 30% (Almatsier, 2003).
Penelitian yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 1992 menunjukkan dari 20 juta balita di Indonesia yang berumur enam bulan hingga lima tahun, setengahnya menderita kekurangan vitamin A. Sedangkan data WHO tahun 1995 menyebutkan Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang tingkat pemenuhan terhadap vitamin A tergolong rendah (www.sinarharapan.com, 2005).
Sementara studi yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance System (NHSS), dan Departemen Kesehatan (2001) menunjukkan sekitar 50% anak Indonesia usia 12-23 bulan tidak mengkonsumsi vitamin A dengan cukup dari makanan sehari-hari. Siti Halati, Manajer Lapangan Operasional HKI, mengatakan angka kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350 Retinol Ekvivalen (RE). Angka ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam makanan nabati atau hewani yang dikonsumsi.
Departemen Kesehatan sendiri gencar melakukan program penanggulangan kekurangan vitamin A sejak tahun 1970-an. Menurut catatan Depkes, tahun 1992 bahaya kebutaan akibat kekurangan vitamin A mampu diturunkan secara signifikan. (www.sinarharapan.com, 2005).
Menurut data yang didapatkan dari Puskesmas .............. tahun 2006 diketahui bahwa cakupan jumlah pemberian vitamin A pada balita sebanyak 75% dari jumlah target yang diharapkan sebesar 90%. Kemudian dari 12 posyandu yang ada terdapat 2 kasus balita dengan buta senja yang masing-masing berada di Posyandu Anggrek dan Posyandu Melati. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah kunjungan dengan pemberian vitamin A terbanyak yaitu di Posyandu Anggrek yang berjumlah 42 orang balita.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu Anggrek di Wilayah Kerja Puskesmas .............. Kecamatan ............... Kabupaten ...............”.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.2.1 Menurut data yang didapat dari Puskesmas .............. tahun 2006 ternyata masih rendahnya cakupan jumlah pemberian vitamin A pada balita sebanyak 75% dari jumlah target yang diharapkan sebesar 90%
1.2.2 Ditemukan 2 kasus balita dengan buta senja di Posyandu Anggrek dan Melati.

1.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: "Bagaimanakah pengetahuan Ibu yang memiliki balita tentang Vitamin A di Posyandu Anggrek di Wilayah Kerja Puskesmas .............. Kecamatan ............... Kabupaten ............... Tahun 2009?".

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu Anggrek di Wilayah Kerja Puskesmas .............. Kecamatan ............... Kabupaten ...............
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pengertian vitamin A
2. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang manfaat vitamin A
3. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang akibat kekurangan vitamin A
4. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang jadual pemberian vitamin A
5. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang makanan yang mengandung sumber vitamin A

1.5 Pertanyaan Penelitian
1.5.1 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian vitamin A?
1.5.2 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang manfaat vitamin A?
1.5.3 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang akibat dari kekurangan vitamin A?
1.5.4 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang jadual pemberian vitamin A?
1.5.5 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang makanan yang mengandung sumber vitamin A ?

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi ibu-ibu di Posyandu Anggrek
Sebagai bahan masukan untuk ikut berperan serta dalam kegiatan pelaksanaan pemberian vitamin A bagi bayi dan balita.
1.6.2 Bagi Puskesmas ..............
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi puskesmas untuk dapat meningkatkan cakupan pemberian vitamin A.
1.6.3 Bagi Akademi Kebidanan ..............
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Institusi sebagai data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.
1.6.4 Bagi Peneliti
Dapat mengetahui pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu Anggrek di Wilayah Kerja Puskesmas .............. Kecamatan ............... Kabupaten ................

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup peneliti dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1.7.1 Jenis Penelitian : Deskriptif
1.7.2 Objek Penelitian : Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Puskesmas .............. Kecamatan ............... Kabupaten ...............
1.7.3 Subjek penelitian : Ibu-ibu yang mempunyai balita yang mendapat vitamin A di Posyandu Anggrek wilayah kerja Puskesmas .............. Kecamatan ............... Kabupaten ...............
1.7.4 Lokasi Penelitian : Puskesmas .............. Kabupaten ...............
1.7.5 Waktu Penelitian : April - Mei 2008
1.7.6 Alasan Penelitian : Karena cakupan jumlah pemberian vitamin A pada balita di Puskesmas .............. tidak sesuai target, hanya 75% dari 90% yang ditargetkan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A DI POSYANDU ……… WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas

Tinjauan penyebab dilakukannya curettage di rumah sakit umum

»Tinjauan penyebab dilakukannya curettage di rumah sakit umum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan barometer pelayanan kesehatan ibu disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan kesehatan ibu belum baik, sebaliknya bila AKI rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik. Dikawasan Association of South East Asian Nations (ASEAN), Indonesia mempunyai AKI yang paling tinggi sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Indonesia bervariasi dari yang rendah 130 per 100.000 kelahiran hidup di Yogyakarta, 490 per 100.00 kelahiran hidup di Jawa Barat sampai paling tinggi 1.340 per 100.000 kelahiran hidup di Nusa Tenggara Barat, variasi ini disebabkan perbedaan norma, nilai, lingkungan,dan kepercayaan masyarakat disamping intrastruktur yang ada (Sarwono , 2001).

Penyebab utama kematian ibu yaitu abortus (terkomplikasi), eklampsia, partus macet, perdarahan post partum, sepsis puerperalis (Departemen Kesehatan, 1999). Sedangkan penyebab kematian ibu di Indonesia, seperti halnya negara lain yaitu perdarahan 30 – 35%, infeksi 20 – 25%. eklampsia 15 – 17%, dan lain – lain 5% (Manuaba , 1998). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tingkat I Lampung (2001), AKI di Lampung sebesar 1.056 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Propinsi Lampung yaitu perdarahan 43,24%, eklampsia 27,03%, infeksi 3,60%, partus lama 7,21%, aborsi 2,70% lain – lain 16,22% (Dinas Kesehatan Tingkat I , 2002).



Dari hasil data pre survei bulan Januari sampai Desember 2002 di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro terdapat 100 tindakan curettage dimana abortus incomplit yang terbesar sekitar 67% atau 67 orang dari seluruh pasien yang dilakukan curettage Data pasien yang melakukan curettage dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Data Tindakan Curettage di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro Periode Januari – Desember 2002

No

Penyebab Curettage

Jumlah

Persentase

1

Abortus inkomplit

67

67%

2

Plasenta Rest

8

8%

3

Mola hydatidosa

4

4%

4

Retensio placenta

8

8%

5

DUB

2

2%

6

Blightea ovum

3

3%

7

PPH

6

6%

8

Missed abortion

1

1%

9

Abortus Infeksiosa

1

1%



Jumlah

100

100%

Sumber : Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro

Dari masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yaitu “Penyebab Dilakukannya curettage Di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro”.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian masalah pada latar belakang , maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu “Apakah penyebab dilakukannya curettage di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro?”

C. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasai ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Sistem Penelitian : Deskriptif.

2. Subjek Penelitian : Pasien yang dilakukan curettage di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

3. Objek Penelitian : Curettage di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

4. Lokasi Penelitian : Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

5. Waktu Penelitian : Tanggal 5 Januari 2004.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya data penyebab dilakukannya curettage dan meramalkan angka kejadian yang akan datang di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

2. Tujuan Khusus

Dengan memperhatikan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Diketahui penyebab dilakukan curettage karena abortus inkomplit dan angka kejadian yang akan datang di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

b. Diketahui penyebab dilakukan curettage karena placenta rest dan angka kejadian yang akan datang di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro .

c. Diketahui penyebab dilakukan curettage karena retensio placenta dan angka kejadian yang akan datang di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

d. Diketahui penyebab dilakukan curettage karena blightea ovum dan angka kejadian yang akan datang di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

e. Diketahui penyebab dilakukan curettage karena mola hydatidosa dan angka kejadian yang akan datang di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

f. Diketahui penyebab dilakukan curettage karena DUB da angka kejadian yang akan datang di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

g. Diketahui penyebab dilakukan curettage karena PPH dan angka kejadian yang akan datang di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

h. Diketahui penyebab dilakukan curettage karena missed abortion dan angka kejadian yang akan datang di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

i. Diketahui penyebab dilakukan curettage karena abortus infeksiosa dan angka kejadian yang akan datang di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada :

1. Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro.

Diharapkan pasien dapat mengetahui dengan baik sebab – sebab dilakukannya curettage.

2. Instansi Pendidikan Program Pendidikan Kebidanan Metro

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan dapat dijadikan bahan perbandingan untuk melakukan penelitian lain atau yang serupa berkaitan dengan curettage agar dapat disempurnakan lagi.

3. Penulis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat mengetahui dengan jelas penyebab dilakukannya curettage sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama ini.

Baca Selengkapnya - Tinjauan penyebab dilakukannya curettage di rumah sakit umum