Ribuan Artikel Kesehatan ada disini, Cari Cepat disini:

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan |
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

Analisis Perbedaan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB Suntik di BPS

»Analisis Perbedaan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB Suntik di BPS
KTI KEBIDANAN
ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN KB SUNTIK DI BPS

Laju pertambahan penduduk di Indonesia dimasa ini kurang mengembirakan. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2004 mencapai 1,26% sedangkan jumlah kelahiran pertahun 1000 penduduk mencapai 20,02%. Adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Kontrasepsi hormonal seperti suntik memiliki daya kerja yang lama, tidak membutuhkan pemakaian setiap hari tetapi tetap efektif dan tingkat reversibilitasnya tinggi. Namun setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping tersendiri, metode hormonal seperti suntik memiliki efek samping salah satunya adalah perubahan berat badan.
Tujuan untuk mengetahui perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik di BPS ........... tahun.
Desain penelitian ini bersifat analisis komparasi dengan pendekatan dua mean dependen (paired sample), teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dan sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mengalami kenaikan berat badan setelah menggunakan KB suntik yang ada di BPS ........... yaitu berjumlah 60 orang. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara/langsung, yaitu dengan menggunakan timbangan berat badan. Analisa data univariat dan bivariat, yaitu dengan menggunakan uji-t.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berat badan responden yang ada di BPS ........... rata-rata (mean) sebelum diberikan suntikan KB adalah 54,77 dan rata-rata (mean) sesudah diberikan suntikan KB adalah 57,08 yang berarti rentang antara sebelum dan sesudah adalah (2,3 2). Ada perbedaan suntikan KB terhadap berat badan ibu di BPS ........... tahun (p value=0,000).
Saran yang dapat penulis sampaikan bagi akseptor KB untuk dapat memanfaatkan fasilitas serta sarana dan prasarana yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam menurunkan angka fertilitas dan menjarangkan kelahiran bayi salah satunya adalah dengan rutin melakukan menggunakan KB suntik tanpa harus khawatir secara berlebihan terhadap efek samping yang dapat ditimbulkan dari alat kontrasepsi KB seperti KB suntik.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Laju pertambahan penduduk di Indonesia dimasa ini kurang mengembirakan. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2004 mencapai 1,26% sedangkan jumlah kelahiran pertahun 1000 penduduk mencapai 20,02% (Hasil SKDI 2002-2003)
Pada tahun 2004 perkiraan jumlah penduduk Indonesia adalah 216 juta jiwa dengan tingkat kepadatan 112 jiwa per km. Dan jumlah penduduk di propinsi Lampung 7.080.000 jiwa (Sumber Pusat Statistik Proyeksi Pendidikan Indonesia per Propinsi 1995-2005). Oleh karena itu pemerintah terus berupaya menekan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat.
Salah satu usaha untuk menanggulangi masalah kependudukan tersebut adah dengan mengikuti program KB yang dimaksudkan untuk membantu pasangan dan perorangan dalam tujuan reproduksi sehat, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan yang berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan meningkatkan pemberian ASI untuk menjarangkan kehamilan (ICPD, 1994).
Adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Program KB yang didasarkan pada Undang-undang.Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan danperkembangan keluarga kecil sejahtera yang serasi dan selaras dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kebijakan operasional dikembangkan berdasarkan empat misi gerakan KB Nasional yaitu pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga, yang selanjutnya secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi pelayanan kesehatn keluarga gerakan KB Nasional (Depkes RI. 1999).
Sudah lebih dari tiga dasa warsa, program KB telah berjalan dan dilaksanakan dengan baik.Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari menurunnya angka fertilitas yang semula 5,6 per wanita pada tahun 80-an, menjadi 2,6 anak wanita usia subur (SDKI, 2002-2003).
Hal ini menunjukan bahwa program KB telah diterima dan membudaya di masyarakat.Pencapaian peserta KB dari waktu kewaktu juga terus meningkat .Pada tahun 1994 peserta KB sebesar 54,7% dan tahun 1997 meningkat menjadi 56.4%yang kemudian meningkat menjadi 60,3%. (SDKI,2002-2003).
Dari pencapaian tersebut, masyarakat lebih memilih alat kontrasepasiyang sifatnya praktis dan efektifitas tinggi, seperti pil dan suntik (Hantanto, 2003). Di Indonesia menurut penelitan The National and Economic Survey (1997-1998). Akseptor KB suntik mencapai 21,1% dari total jumlah akseptor KB yang popular dipakai adalah Depo Provera 150 mg. Sedangkan SDKI tahun 2002-2003, kontrsepsi suntik dengan prevalensi 27,8% yang kemudian disusul pil 13,22% sedangkan peserta pria masih relatif rendah yaitu mencapai 2%.
Kontrasepsi hormonal seperti suntik memiliki daya kerja yang lama, tidak membutuhkan pemakaian setiap hari tetapi tetap efektif dan tingkat reversibilitasnya tinggi, artinya kembali kesuburan setelah pamakain berlangsung cepat (FK UNPAD:1996). Namun setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping tersendiri metode hormonal seperti suntik ini umumnya menpunyai efek samping yang berupa gangguan haid, perubahan berat badan, pusing atau sakit kepala dan kenaikan tekanan darah (Hartanto, 2003).
Perubahan kenaikan berat badan merupakan kelainan metabolisme yang paling sering dialami oleh manusia. Perubahan kenaikan berat badan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor hormonal yang terkandung dalam kontrasepsi suntik yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Dari hasil pre survei 20 orang pengguna alat kontrasepsi suntik di BPS ............., 8 orang mengalami peningkatan berat badan <5%,>10% dan 2 orang berat badan tetap atau cenderung menurun .Setelah pemakaian lebih dari satu tahun.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitan mengenai “Analisis Perbedaan Berat Badan Sebelum dan Sesudah menggunakan KB Suntik di BPS ...........”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mendeskripsikan data yang merupakan identifikasi masalah, yaitu: ditemukan dari 20 orang pengguna alat kontrasepsi suntik di BPS ............., 8 orang mengalami peningkatan berat badan <5%,>10% dan 2 orang berat badan tetap atau cenderung menurun

1.3 Masalah dan Permasalahan
1.3.1 Masalah
Dari identifikasi masalah di atas masalah penelitian ini adalah “apakah terdapat perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik di BPS ...........?”
1.3.2 Permasalahan
1.3.2.1 Bagaimana berat badan ibu sebelum menggunakan alat kontrasepsi suntik ? 1.3.2.2 Bagaimana berat badan ibu sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik ? 1.3.2.3 Adakah perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan alat
kontrasepsi suntik?

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk menaganalisis perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik di BPS ........... tahun.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Untuk mengidentifikasi bagaimana berat badan ibu sebelum menggunakan alat kontrasepsi suntik.
1.4.2.2 Untuk mengidentifikasi bagaimana berat badan ibu setelah menggunakan alat kontrasepsi suntik.
1.4.2.3 Untuk mengidentifikasi adakah perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik.

1.5 Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1.5.1 Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang analisis perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik.
1.5.2 Bagi Lahan Penelitian (Petugas Kesehatan)
Menjadi bahan masukan dan sumber informasi mengenai perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik.
1.5.3 Bagi Peneliti Lain
Untuk dijadikan data dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya 1.5.4 Bagi Akseptor KB Suntik
Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi akseptor KB suntik sebagai sumber pengetahuan tentang perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah deskriptif analitik tentang analisis perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan KB Suntik di BPS ........... dengan jenis penelitian uji beda dua mean dependen (paired sample). Obyek yang diteliti adalah berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik dengan pemakaian lebih dari 1 tahun. Sedangkan subyek penelitian adalah ibu akseptor KB suntik. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH
MENGGUNAKAN KB SUNTIK DI BPS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
Baca Selengkapnya - Analisis Perbedaan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB Suntik di BPS

Analisis Perbedaan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB Suntik di BPS

»Analisis Perbedaan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB Suntik di BPS
KTI KEBIDANAN
ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN KB SUNTIK DI BPS

Laju pertambahan penduduk di Indonesia dimasa ini kurang mengembirakan. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2004 mencapai 1,26% sedangkan jumlah kelahiran pertahun 1000 penduduk mencapai 20,02%. Adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Kontrasepsi hormonal seperti suntik memiliki daya kerja yang lama, tidak membutuhkan pemakaian setiap hari tetapi tetap efektif dan tingkat reversibilitasnya tinggi. Namun setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping tersendiri, metode hormonal seperti suntik memiliki efek samping salah satunya adalah perubahan berat badan.
Tujuan untuk mengetahui perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik di BPS ........... tahun.
Desain penelitian ini bersifat analisis komparasi dengan pendekatan dua mean dependen (paired sample), teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dan sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mengalami kenaikan berat badan setelah menggunakan KB suntik yang ada di BPS ........... yaitu berjumlah 60 orang. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara/langsung, yaitu dengan menggunakan timbangan berat badan. Analisa data univariat dan bivariat, yaitu dengan menggunakan uji-t.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berat badan responden yang ada di BPS ........... rata-rata (mean) sebelum diberikan suntikan KB adalah 54,77 dan rata-rata (mean) sesudah diberikan suntikan KB adalah 57,08 yang berarti rentang antara sebelum dan sesudah adalah (2,3 2). Ada perbedaan suntikan KB terhadap berat badan ibu di BPS ........... tahun (p value=0,000).
Saran yang dapat penulis sampaikan bagi akseptor KB untuk dapat memanfaatkan fasilitas serta sarana dan prasarana yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam menurunkan angka fertilitas dan menjarangkan kelahiran bayi salah satunya adalah dengan rutin melakukan menggunakan KB suntik tanpa harus khawatir secara berlebihan terhadap efek samping yang dapat ditimbulkan dari alat kontrasepsi KB seperti KB suntik.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Laju pertambahan penduduk di Indonesia dimasa ini kurang mengembirakan. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2004 mencapai 1,26% sedangkan jumlah kelahiran pertahun 1000 penduduk mencapai 20,02% (Hasil SKDI 2002-2003)
Pada tahun 2004 perkiraan jumlah penduduk Indonesia adalah 216 juta jiwa dengan tingkat kepadatan 112 jiwa per km. Dan jumlah penduduk di propinsi Lampung 7.080.000 jiwa (Sumber Pusat Statistik Proyeksi Pendidikan Indonesia per Propinsi 1995-2005). Oleh karena itu pemerintah terus berupaya menekan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat.
Salah satu usaha untuk menanggulangi masalah kependudukan tersebut adah dengan mengikuti program KB yang dimaksudkan untuk membantu pasangan dan perorangan dalam tujuan reproduksi sehat, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan yang berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan meningkatkan pemberian ASI untuk menjarangkan kehamilan (ICPD, 1994).
Adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Program KB yang didasarkan pada Undang-undang.Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan danperkembangan keluarga kecil sejahtera yang serasi dan selaras dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kebijakan operasional dikembangkan berdasarkan empat misi gerakan KB Nasional yaitu pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga, yang selanjutnya secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi pelayanan kesehatn keluarga gerakan KB Nasional (Depkes RI. 1999).
Sudah lebih dari tiga dasa warsa, program KB telah berjalan dan dilaksanakan dengan baik.Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari menurunnya angka fertilitas yang semula 5,6 per wanita pada tahun 80-an, menjadi 2,6 anak wanita usia subur (SDKI, 2002-2003).
Hal ini menunjukan bahwa program KB telah diterima dan membudaya di masyarakat.Pencapaian peserta KB dari waktu kewaktu juga terus meningkat .Pada tahun 1994 peserta KB sebesar 54,7% dan tahun 1997 meningkat menjadi 56.4%yang kemudian meningkat menjadi 60,3%. (SDKI,2002-2003).
Dari pencapaian tersebut, masyarakat lebih memilih alat kontrasepasiyang sifatnya praktis dan efektifitas tinggi, seperti pil dan suntik (Hantanto, 2003). Di Indonesia menurut penelitan The National and Economic Survey (1997-1998). Akseptor KB suntik mencapai 21,1% dari total jumlah akseptor KB yang popular dipakai adalah Depo Provera 150 mg. Sedangkan SDKI tahun 2002-2003, kontrsepsi suntik dengan prevalensi 27,8% yang kemudian disusul pil 13,22% sedangkan peserta pria masih relatif rendah yaitu mencapai 2%.
Kontrasepsi hormonal seperti suntik memiliki daya kerja yang lama, tidak membutuhkan pemakaian setiap hari tetapi tetap efektif dan tingkat reversibilitasnya tinggi, artinya kembali kesuburan setelah pamakain berlangsung cepat (FK UNPAD:1996). Namun setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping tersendiri metode hormonal seperti suntik ini umumnya menpunyai efek samping yang berupa gangguan haid, perubahan berat badan, pusing atau sakit kepala dan kenaikan tekanan darah (Hartanto, 2003).
Perubahan kenaikan berat badan merupakan kelainan metabolisme yang paling sering dialami oleh manusia. Perubahan kenaikan berat badan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor hormonal yang terkandung dalam kontrasepsi suntik yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Dari hasil pre survei 20 orang pengguna alat kontrasepsi suntik di BPS ............., 8 orang mengalami peningkatan berat badan <5%,>10% dan 2 orang berat badan tetap atau cenderung menurun .Setelah pemakaian lebih dari satu tahun.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitan mengenai “Analisis Perbedaan Berat Badan Sebelum dan Sesudah menggunakan KB Suntik di BPS ...........”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mendeskripsikan data yang merupakan identifikasi masalah, yaitu: ditemukan dari 20 orang pengguna alat kontrasepsi suntik di BPS ............., 8 orang mengalami peningkatan berat badan <5%,>10% dan 2 orang berat badan tetap atau cenderung menurun

1.3 Masalah dan Permasalahan
1.3.1 Masalah
Dari identifikasi masalah di atas masalah penelitian ini adalah “apakah terdapat perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik di BPS ...........?”
1.3.2 Permasalahan
1.3.2.1 Bagaimana berat badan ibu sebelum menggunakan alat kontrasepsi suntik ? 1.3.2.2 Bagaimana berat badan ibu sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik ? 1.3.2.3 Adakah perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan alat
kontrasepsi suntik?

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk menaganalisis perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik di BPS ........... tahun.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Untuk mengidentifikasi bagaimana berat badan ibu sebelum menggunakan alat kontrasepsi suntik.
1.4.2.2 Untuk mengidentifikasi bagaimana berat badan ibu setelah menggunakan alat kontrasepsi suntik.
1.4.2.3 Untuk mengidentifikasi adakah perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik.

1.5 Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1.5.1 Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang analisis perbedaan berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik.
1.5.2 Bagi Lahan Penelitian (Petugas Kesehatan)
Menjadi bahan masukan dan sumber informasi mengenai perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik.
1.5.3 Bagi Peneliti Lain
Untuk dijadikan data dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya 1.5.4 Bagi Akseptor KB Suntik
Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi akseptor KB suntik sebagai sumber pengetahuan tentang perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi suntik.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah deskriptif analitik tentang analisis perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan KB Suntik di BPS ........... dengan jenis penelitian uji beda dua mean dependen (paired sample). Obyek yang diteliti adalah berat badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik dengan pemakaian lebih dari 1 tahun. Sedangkan subyek penelitian adalah ibu akseptor KB suntik. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH
MENGGUNAKAN KB SUNTIK DI BPS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
Baca Selengkapnya - Analisis Perbedaan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Menggunakan KB Suntik di BPS

Gambaran Indikasi dan Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum

»Gambaran Indikasi dan Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN INDIKASI DAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN
SEKSIO SESAREA DI DI RUMAH SAKIT UMUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya pembangunan di bidang kesehatan yang sedang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan selama ini pada dasarnya untuk mempercepat tercapainya tingkat kesejahteraan. Salah satu bentuk dari upaya tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu dan anak dengan program yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
AKI di Indonesia pada tahun 2001 adalah 373/100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB di Indonesia pada tahun 2003 sebesar 42/1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2004 menjadi 43.52/1000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Jambi, 2005: 26).
Untuk mengurangi AKI dan AKB maka diperlukan suatu penatalaksanaan pelayanan kesehatan yang baik selama kehamilan dan pada saat persalinan Kehamilan dan persalinan memang merupakan proses yang fisiologis, namun keadaan patologis atau komplikasi dapat saja muncul pada saat kehamilan sampai pada saat proses persalinan. Komplikasi obstetri yang tersering adalah perdarahan, infeksi, eklampsia, partus lama yang kesemuanya membutuhkan pelayanan kesehatan dari tenaga yang profesional dan pemanfaatan sumber daya kesehatan yang maksimal (Depkes RI, 2002: 1). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi, yaitu : faktor umur, paritas, pendidikan, perawatan antenatal, sarana dan fasilitas, sosial ekonomi dan tenaga penolong persalinan yang dapat memicu terjadinya peningkatan AKI dan AKB (Mochtar, 1998:192).
Salah satu penatalaksanaan persalinan patologis untuk menyelamatkan ibu dan bayi secara transabdominal adalah seksio sesarea, jika partus secara transvaginal tidak memungkinkan untuk dilakukan seperti: ekstraksi forcep, ekstraksi vakum, persalinan sunsang , versi ekstraksi, kleidotomi dan simfisiotomi.
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba (1998: 52) kehamilan aterm dengan posisi belakang kepala mencakup sekitar 97% dari semua kehamilan, sekitar 3% merupakan kehamilan dengan kedudukan patologis. Sehingga diperkirakan pertolongan persalinan operasi sekitar 3% sampai 4% dan selebihnya persalinan normal.
Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh persalinan (http://www.idi.com/info_seksio20%sesarea). Sedangkan angka kejadian seksio sesarea di Provinsi Jambi pada tahun 2007 berjumlah 3.401 operasi dari 170.000 persalinan atau sekitar 20% dari seluruh persalinan. (Dinkes Provinsi Jambi, 2007)
Di rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... angka kejadian seksio sesarea pada tahun 2007 berjumlah 245 dari 531 persalinan atau sekitar 46% dari seluruh persalinan (Data Kesakitan RSU ......... ... ....... ......... tahun 2007). Meskipun diketahui bahwa persalinan dengan seksio sesarea adalah pilihan terakhir dalam melakukan persalinan tetapi angka seksio sesarea masih cukup tinggi. Oleh karena itu penulis memandang perlu mendeskripsikan indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea yang dirawat di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... tahun 2007

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah tingginya angka kejadian seksio sesarea di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... periode 1 Januari sampai 31 Desember 2007 yaitu sebanyak 245 set rekam medik dan belum diketahuinya indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian yang timbul adalah:
1. Bagaimana gambaran indikasi ibu bersalin dengan seksio sesarea Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib ......... tahun 2007?.
2. Bagaimana gambaran umur ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib ......... tahun 2007?.
3. Bagaimana gambaran paritas ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... tahun 2007?.
4. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... tahun 2007?.
5. Bagaimana Status Pembiayaan ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... tahun 2007?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Gambaran indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui indikasi tindakan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
b. Mengetahui umur ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
c. Mengetahui paritas ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
d. Mengetahui tingkat pendidikan ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
e. Mengetahui status pembiayaan ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007

D. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea.
2. Bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Merangin
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea untuk penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa dalam pembuatan karya tulis ilmiah (KTI) dan menambah referensi diperpustakaan.
3. Bagi Instansi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai gambaran indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea di bagian Obsetri dan Ginekologi RSU Mayjen H. A. Thalib ..........
E. Ruang Lingkup Penelitian
Desain Penelitian ini adalah deskriptif dengan study retrospektif yang bertujuan untuk menggambarkan indikasi dan karekateristik berupa umur, paritas, tingkat pendidikan dan status pembiayaan ibu bersalin dengan Seksio Sesarea. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Maternitas khususnya kesehatan ibu bersalin. Sasaran dalam penelitian ini adalah set rekam medik ibu bersalin dengan Seksio Sesarea yang telah dirawat di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007. Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2008 dengan jumlah sampel 245 set rekam medik ibu bersalin dengan Seksio Sesarea yang telah dirawat di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... pada tahun 2007.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN INDIKASI DAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN SEKSIO SESAREA DI DI RUMAH SAKIT UMUM
(isi: Daftar Isi; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Gambaran Indikasi dan Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum

Gambaran Indikasi dan Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum

»Gambaran Indikasi dan Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN INDIKASI DAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN
SEKSIO SESAREA DI DI RUMAH SAKIT UMUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya pembangunan di bidang kesehatan yang sedang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan selama ini pada dasarnya untuk mempercepat tercapainya tingkat kesejahteraan. Salah satu bentuk dari upaya tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu dan anak dengan program yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
AKI di Indonesia pada tahun 2001 adalah 373/100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB di Indonesia pada tahun 2003 sebesar 42/1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2004 menjadi 43.52/1000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Jambi, 2005: 26).
Untuk mengurangi AKI dan AKB maka diperlukan suatu penatalaksanaan pelayanan kesehatan yang baik selama kehamilan dan pada saat persalinan Kehamilan dan persalinan memang merupakan proses yang fisiologis, namun keadaan patologis atau komplikasi dapat saja muncul pada saat kehamilan sampai pada saat proses persalinan. Komplikasi obstetri yang tersering adalah perdarahan, infeksi, eklampsia, partus lama yang kesemuanya membutuhkan pelayanan kesehatan dari tenaga yang profesional dan pemanfaatan sumber daya kesehatan yang maksimal (Depkes RI, 2002: 1). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi, yaitu : faktor umur, paritas, pendidikan, perawatan antenatal, sarana dan fasilitas, sosial ekonomi dan tenaga penolong persalinan yang dapat memicu terjadinya peningkatan AKI dan AKB (Mochtar, 1998:192).
Salah satu penatalaksanaan persalinan patologis untuk menyelamatkan ibu dan bayi secara transabdominal adalah seksio sesarea, jika partus secara transvaginal tidak memungkinkan untuk dilakukan seperti: ekstraksi forcep, ekstraksi vakum, persalinan sunsang , versi ekstraksi, kleidotomi dan simfisiotomi.
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba (1998: 52) kehamilan aterm dengan posisi belakang kepala mencakup sekitar 97% dari semua kehamilan, sekitar 3% merupakan kehamilan dengan kedudukan patologis. Sehingga diperkirakan pertolongan persalinan operasi sekitar 3% sampai 4% dan selebihnya persalinan normal.
Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh persalinan (http://www.idi.com/info_seksio20%sesarea). Sedangkan angka kejadian seksio sesarea di Provinsi Jambi pada tahun 2007 berjumlah 3.401 operasi dari 170.000 persalinan atau sekitar 20% dari seluruh persalinan. (Dinkes Provinsi Jambi, 2007)
Di rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... angka kejadian seksio sesarea pada tahun 2007 berjumlah 245 dari 531 persalinan atau sekitar 46% dari seluruh persalinan (Data Kesakitan RSU ......... ... ....... ......... tahun 2007). Meskipun diketahui bahwa persalinan dengan seksio sesarea adalah pilihan terakhir dalam melakukan persalinan tetapi angka seksio sesarea masih cukup tinggi. Oleh karena itu penulis memandang perlu mendeskripsikan indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea yang dirawat di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... tahun 2007

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah tingginya angka kejadian seksio sesarea di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... periode 1 Januari sampai 31 Desember 2007 yaitu sebanyak 245 set rekam medik dan belum diketahuinya indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian yang timbul adalah:
1. Bagaimana gambaran indikasi ibu bersalin dengan seksio sesarea Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib ......... tahun 2007?.
2. Bagaimana gambaran umur ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib ......... tahun 2007?.
3. Bagaimana gambaran paritas ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... tahun 2007?.
4. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... tahun 2007?.
5. Bagaimana Status Pembiayaan ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum ......... ... ....... ......... tahun 2007?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Gambaran indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui indikasi tindakan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
b. Mengetahui umur ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
c. Mengetahui paritas ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
d. Mengetahui tingkat pendidikan ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007.
e. Mengetahui status pembiayaan ibu bersalin dengan Seksio Sesarea di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007

D. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea.
2. Bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Merangin
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea untuk penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa dalam pembuatan karya tulis ilmiah (KTI) dan menambah referensi diperpustakaan.
3. Bagi Instansi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai gambaran indikasi dan karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea di bagian Obsetri dan Ginekologi RSU Mayjen H. A. Thalib ..........
E. Ruang Lingkup Penelitian
Desain Penelitian ini adalah deskriptif dengan study retrospektif yang bertujuan untuk menggambarkan indikasi dan karekateristik berupa umur, paritas, tingkat pendidikan dan status pembiayaan ibu bersalin dengan Seksio Sesarea. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Maternitas khususnya kesehatan ibu bersalin. Sasaran dalam penelitian ini adalah set rekam medik ibu bersalin dengan Seksio Sesarea yang telah dirawat di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... tahun 2007. Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2008 dengan jumlah sampel 245 set rekam medik ibu bersalin dengan Seksio Sesarea yang telah dirawat di RSU ......... ... ....... Kabupaten ......... pada tahun 2007.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN INDIKASI DAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN SEKSIO SESAREA DI DI RUMAH SAKIT UMUM
(isi: Daftar Isi; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Gambaran Indikasi dan Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum

Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Asuhan Persalinan Kala I di BPS

»Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Asuhan Persalinan Kala I di BPS
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG
ASUHAN PERSALINAN KALA I DI BPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kala I adalah dimulai sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur dan meningkat hingga serviks membuka 10 cm. Fase-fase dalam kala satu persalinan ada 2 yaitu, fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka ± 4 cm dan fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm Depkes (2004).
Asuhan yang dapat diberikan bidan kepada ibu adalah memberikan informasi, memberikan dorongan semangat, menyiapkan ruangan untuk persalinan, teman yang mendukung, mobilisasi, makan dan minum selama persalinan, buang air kecil dan besar, kenyamanan, dan kebersihan (Depkes RI, 2000). Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi (Syamsul, 2003).
Wanita mungkin mengalami beberapa “tanda palsu”, kebebasan untuk tetap bergerak dan aktif selama kontraksi tidak hanya membantu mengurangi ketidaknyamanan persalinan, tetapi juga memungkinkan ibu untuk mempertahankan kenyamanan persalinan. Keterlibatan pasangan atau semua individu pendukung dalam diskusi membantu memperkuat hubungan yang baik dan meningkatkan kepercayaan diri ibu (Henderson, 2005)
Faktor keterlambatan rujukan ke rumah sakit dan kemampuan dalam memberikan pelayanan gawat darurat juga termasuk mata rantai penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Hanya sekitar 65% dari semua persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terampil, jauh di bawah target nasional sebesar 90%. Di daerah-daerah tertentu masih banyak terdapat persalinan yang ditolong dukun. Pada beberapa kasus, pertolongan persalinan menjadi tak optimal karena terbatasnya pengetahuan dan peralatan kegawatdaruratan yang ada (Nugraha, 2007).
Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang dirujuk oleh tenaga kesehatan (bidan), terjadi di negara-negara berkembang. Data resmi yang dimiliki Departemen Kesehatan menyebutkan, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia terus mengalami penurunan. Meski secara besaran angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi walaupun di sisi lain sudah terjadi penurunan dari 307/100.000 kelahiran hidup pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2002/2003 menjadi 262/100.000 kelahiran hidup. "Pada tahun 2007 laporan BPS menyebutkan AKI menjadi 248/100.000 kelahiran, Dibanding dengan angka kematian ibu di negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura, maka Indonesia memang masih cukup jauh tertinggal, karena Singapura sudah 6/100.000 dan angka itu boleh dikatakan sebagai suatu keadaan yang sangat ideal.
Pada tahun 2009, diharapkan pemerintah mampu menurunkan AKI menjadi 226/100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi baru lahir (AKBBL) 15/1000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2009. Penyebab kematian ibu, sesuai penelitian beberapa pihak, paling banyak adalah akibat pendarahan, dan penyebab tidak langsung lainnya seperti terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan, dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan (Dinkes kaltim, 2008).
Di Indonesia kurang lebih 40% kasus di RS merupakan kasus rujukan. Kematian maternal di RS pendidikan 80-90%, kematian perinatal kurang lebih 60% berasal dari kelompok rujukan (Anonim, 2002). Di Propinsi Sumatera Utara, Angka Kematian Ibu (AKI) lokal lebih tinggi dari Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan pasca persalinan (40-60%), infeksi (20-30%) dan eklampsia (20-30%). Ternyata 80% kematian ibu terjadi di RS rujukan yang diakibatkan keterlambatan dalam rujukan maupun penanganan penderita (Siregar, 2002).
Di RS Dr. Pirngadi Medan ditemui kasus rujukan yang di rujuk oleh bidan sebanyak 375 kasus yang terdiri dari partus tak maju 134 orang (35,7%), pre-eklampsia berat atau eklampsi 75 orang (20%), perdarahan antepartum 36 orang (9,6%), perdarahan pasca persalinan 38 orang (10,1%), kehamilan ektopik terganggu 3 orang (0,8%), abortus 86 orang (22,9%) dan infeksi purperalis 3 orang (0,8%) (Siregar, 2002).
Berdasarkan data dari hasil observasi yang diperoleh dari Dinkes Kota ........, Pada umumnya belum semuanya melaksanakan asuhan persalinan Kala I secara baik dan benar dimana jumlah Bidan Praktek Swasta di Kota ........ sebanyak 52 Klinik. Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Asuhan Persalinan Kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ........ Tahun 2009“.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Asuhan Persalinan Kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ........ Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ........ Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan pelatihan.
4. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan lama bekerja.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman penulis dalam melakukan penelitian khususnya terhadap pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I.
D.2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan yang ada di Bidan Praktek Swasta Kota .........
D.3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi mahasiswa/i yang akan melakukan penelitian dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bacaan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG ASUHAN PERSALINAN KALA I DI BPS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Moderasi Komentar
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Asuhan Persalinan Kala I di BPS

Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Asuhan Persalinan Kala I di BPS

»Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Asuhan Persalinan Kala I di BPS
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG
ASUHAN PERSALINAN KALA I DI BPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kala I adalah dimulai sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur dan meningkat hingga serviks membuka 10 cm. Fase-fase dalam kala satu persalinan ada 2 yaitu, fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka ± 4 cm dan fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm Depkes (2004).
Asuhan yang dapat diberikan bidan kepada ibu adalah memberikan informasi, memberikan dorongan semangat, menyiapkan ruangan untuk persalinan, teman yang mendukung, mobilisasi, makan dan minum selama persalinan, buang air kecil dan besar, kenyamanan, dan kebersihan (Depkes RI, 2000). Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi (Syamsul, 2003).
Wanita mungkin mengalami beberapa “tanda palsu”, kebebasan untuk tetap bergerak dan aktif selama kontraksi tidak hanya membantu mengurangi ketidaknyamanan persalinan, tetapi juga memungkinkan ibu untuk mempertahankan kenyamanan persalinan. Keterlibatan pasangan atau semua individu pendukung dalam diskusi membantu memperkuat hubungan yang baik dan meningkatkan kepercayaan diri ibu (Henderson, 2005)
Faktor keterlambatan rujukan ke rumah sakit dan kemampuan dalam memberikan pelayanan gawat darurat juga termasuk mata rantai penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Hanya sekitar 65% dari semua persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terampil, jauh di bawah target nasional sebesar 90%. Di daerah-daerah tertentu masih banyak terdapat persalinan yang ditolong dukun. Pada beberapa kasus, pertolongan persalinan menjadi tak optimal karena terbatasnya pengetahuan dan peralatan kegawatdaruratan yang ada (Nugraha, 2007).
Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang dirujuk oleh tenaga kesehatan (bidan), terjadi di negara-negara berkembang. Data resmi yang dimiliki Departemen Kesehatan menyebutkan, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia terus mengalami penurunan. Meski secara besaran angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi walaupun di sisi lain sudah terjadi penurunan dari 307/100.000 kelahiran hidup pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2002/2003 menjadi 262/100.000 kelahiran hidup. "Pada tahun 2007 laporan BPS menyebutkan AKI menjadi 248/100.000 kelahiran, Dibanding dengan angka kematian ibu di negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura, maka Indonesia memang masih cukup jauh tertinggal, karena Singapura sudah 6/100.000 dan angka itu boleh dikatakan sebagai suatu keadaan yang sangat ideal.
Pada tahun 2009, diharapkan pemerintah mampu menurunkan AKI menjadi 226/100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi baru lahir (AKBBL) 15/1000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2009. Penyebab kematian ibu, sesuai penelitian beberapa pihak, paling banyak adalah akibat pendarahan, dan penyebab tidak langsung lainnya seperti terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan, dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan (Dinkes kaltim, 2008).
Di Indonesia kurang lebih 40% kasus di RS merupakan kasus rujukan. Kematian maternal di RS pendidikan 80-90%, kematian perinatal kurang lebih 60% berasal dari kelompok rujukan (Anonim, 2002). Di Propinsi Sumatera Utara, Angka Kematian Ibu (AKI) lokal lebih tinggi dari Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan pasca persalinan (40-60%), infeksi (20-30%) dan eklampsia (20-30%). Ternyata 80% kematian ibu terjadi di RS rujukan yang diakibatkan keterlambatan dalam rujukan maupun penanganan penderita (Siregar, 2002).
Di RS Dr. Pirngadi Medan ditemui kasus rujukan yang di rujuk oleh bidan sebanyak 375 kasus yang terdiri dari partus tak maju 134 orang (35,7%), pre-eklampsia berat atau eklampsi 75 orang (20%), perdarahan antepartum 36 orang (9,6%), perdarahan pasca persalinan 38 orang (10,1%), kehamilan ektopik terganggu 3 orang (0,8%), abortus 86 orang (22,9%) dan infeksi purperalis 3 orang (0,8%) (Siregar, 2002).
Berdasarkan data dari hasil observasi yang diperoleh dari Dinkes Kota ........, Pada umumnya belum semuanya melaksanakan asuhan persalinan Kala I secara baik dan benar dimana jumlah Bidan Praktek Swasta di Kota ........ sebanyak 52 Klinik. Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Asuhan Persalinan Kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ........ Tahun 2009“.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Asuhan Persalinan Kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ........ Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ........ Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan pelatihan.
4. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan lama bekerja.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman penulis dalam melakukan penelitian khususnya terhadap pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I.
D.2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan yang ada di Bidan Praktek Swasta Kota .........
D.3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi mahasiswa/i yang akan melakukan penelitian dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bacaan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG ASUHAN PERSALINAN KALA I DI BPS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Moderasi Komentar
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Asuhan Persalinan Kala I di BPS

Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin

»Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah, proses kehamilan merupakan satu kesatuan mata rantai mulai dari konsepsi, nidasi, adaptasi ibu terhadap nidasi, peneliharaan kehamilan, perubahan hormon sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi (Manuaba, 2007). Kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologis antara lain perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem traktus urinarius, sirkulasi darah serta perubahan fisiologis. Kehamilan pada umumnya berkembang dengan normal, namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan, sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilan ataupun baik-baik saja (Sarwono, 2006).
Wanita selama kehamilannya memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil. Perubahan pada ukuran tubuh, bentuk payudara, pigmentasi kulit, serta pembesaran abdomen secara keseluruhan membuat tubuh ibu hamil tersebut tampak jelek dan tidak percaya diri. Kekhawatiran dan ketakutan ini sebenarnya tidak berdasar, untuk itu ibu hamil memerlukan nasihat dan saran khususnya dari bidan dan dokter yang dapat menjelaskan perubahan yang terjadi selama kehamilan sehingga ibu tidak khawatir dengan perubahan yang dialaminya (Helen, 2001).
Kehamilan dibagi menjadi III trimester, selama kehamilan ibu hamil dianjurkan melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali untuk mengetahui masalah kesehatan selama kehamilan, apakah masalah tersebut bersifat fisiologis atau masalah tersebut bersifat patologis yang dapat mengancam kehamilan. Komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan antara lain hiperemesis gravidarum, perdarahan, anemia, eklampsia, nyeri perut yang hebat (Sarwono, 2006).
Secara umum telah diterima bahwa kehamilan membawa resiko bagi ibu. Menurut WHO (Profil Pusdiknakes, 2003) sekitar 15% dari seluruh ibu hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwa ibu dan bayi (Sugiri 2003). Dari 5 juta kehamilan yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan, 13% diantaranya disebabkan eklampsia. Di Sumatera Utara ibu hamil yang meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan lebih dari 50 orang dari 19.500 ibu hamil (Sugiri, 2007).
Dari data yang diperoleh dari Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009, jumlah ibu primigravida yang berkunjung mulai bulan Januari-Maret 2009 sebanyak 50 orang, 50% diantaranya mengalami mual dan muntah pada awal kehamilan, 20% mengalami perubahan pada kulit dan payudara, 15% mengalami sering buang air kecil, perubahan berat badan dan 15% lainnya seperti keputihan, edema pada kaki dan sakit pada punggung. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009”.

B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan pekerjaan.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.2. Bagi Ibu Hamil
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan ibu hamil khususnya tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi bidan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.4. Bagi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya dan bahan bacaan bagi mahasiswa.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin

Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin

»Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah, proses kehamilan merupakan satu kesatuan mata rantai mulai dari konsepsi, nidasi, adaptasi ibu terhadap nidasi, peneliharaan kehamilan, perubahan hormon sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi (Manuaba, 2007). Kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologis antara lain perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem traktus urinarius, sirkulasi darah serta perubahan fisiologis. Kehamilan pada umumnya berkembang dengan normal, namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan, sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilan ataupun baik-baik saja (Sarwono, 2006).
Wanita selama kehamilannya memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil. Perubahan pada ukuran tubuh, bentuk payudara, pigmentasi kulit, serta pembesaran abdomen secara keseluruhan membuat tubuh ibu hamil tersebut tampak jelek dan tidak percaya diri. Kekhawatiran dan ketakutan ini sebenarnya tidak berdasar, untuk itu ibu hamil memerlukan nasihat dan saran khususnya dari bidan dan dokter yang dapat menjelaskan perubahan yang terjadi selama kehamilan sehingga ibu tidak khawatir dengan perubahan yang dialaminya (Helen, 2001).
Kehamilan dibagi menjadi III trimester, selama kehamilan ibu hamil dianjurkan melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali untuk mengetahui masalah kesehatan selama kehamilan, apakah masalah tersebut bersifat fisiologis atau masalah tersebut bersifat patologis yang dapat mengancam kehamilan. Komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan antara lain hiperemesis gravidarum, perdarahan, anemia, eklampsia, nyeri perut yang hebat (Sarwono, 2006).
Secara umum telah diterima bahwa kehamilan membawa resiko bagi ibu. Menurut WHO (Profil Pusdiknakes, 2003) sekitar 15% dari seluruh ibu hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwa ibu dan bayi (Sugiri 2003). Dari 5 juta kehamilan yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan, 13% diantaranya disebabkan eklampsia. Di Sumatera Utara ibu hamil yang meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan lebih dari 50 orang dari 19.500 ibu hamil (Sugiri, 2007).
Dari data yang diperoleh dari Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009, jumlah ibu primigravida yang berkunjung mulai bulan Januari-Maret 2009 sebanyak 50 orang, 50% diantaranya mengalami mual dan muntah pada awal kehamilan, 20% mengalami perubahan pada kulit dan payudara, 15% mengalami sering buang air kecil, perubahan berat badan dan 15% lainnya seperti keputihan, edema pada kaki dan sakit pada punggung. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009”.

B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan pekerjaan.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.2. Bagi Ibu Hamil
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan ibu hamil khususnya tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi bidan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.4. Bagi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya dan bahan bacaan bagi mahasiswa.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin

Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi Pada Lansia di Desa

»Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi Pada Lansia di Desa
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
DEPRESI PADA LANSIA DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang mengganggu aktivitas sosial dalam sehari-hari. Depresi biasanya terjadi pada saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih atau jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan, kehilangan dan frustasi yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun secara umum perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup singkat dan mudah dihalau (Gred Wilkinson, 1995).
Depresi dan Lanjut Usia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Pada kenyataanya tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai persoalan hidup yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti : kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya depresi. Tidak adanya media bagi lanjut usia untuk mencurahkan segala perasaan dan kegundahannya merupakan kondisi yang akan mempertahankan depresinya, karena dia akan terus menekan segala bentuk perasaan negatifnya ke alam bawah sadar (Rice philip I, 1994).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif. Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi (Ahmad Djojosugito, 2002).
Depresi dialami oleh 80 persen mereka yang berupaya atau melakukan bunuh diri pada penduduk yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Bunuh diri adalah suatu pilihan untuk mengakhiri ketidakberdayaan, keputusasaan dan kemarahan diri akibat gangguan mood. Angka bunuh diri meningkat tiga kali lipat pada populasi remaja (usia 15 sampai 24) karena terdapat peningkatan insiden depresi pada populasi ini. Pria yang berusia lebih dari 64 tahun memiliki angka bunuh diri 38/100.000 dibandingkan dengan angka 17/100.000 untuk semua pria di Amerika Serikat (Roy, 2000).
Menurut sebuah penelitian di Amerika, hampir 10 juta orang Amerika menderita Depresi dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dan budaya. Angka depresi meningkat secara drastis diantara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50 persen sampai 75 persen penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Dari jumlah itu, angka yang signifikan dari orang dewasa yang tidak terganggu secara kognitif (10 sampai 20 persen) mengalami gejala-gejala yang cukup parah untuk memenuhi kriteria diagnostik depresi klinis. Oleh karena itu, depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disignifikan merupakan gangguan psikiatri yang paling banyak terjadi pada lansia, tetapi untungnya dapat diobati dan kembali sehat (Hermana, 2006).
Selain itu prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 persen dan hasil meta analisis dari laporan-laporan negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6. Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-45 persen. Perempuan lebih banyak menderita depresi (Chaplin dan Prabova Royanti, 1998).
Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak khas. Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti: kelelahan kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan dan sebagainya. Depresi pada lansia juga tampil dalam bentuk pikiran agitatif, ansietas, atau penurunan fungsi kognitif. Sejumlah faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stress kronis, penggunaan obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor resiko vaskuler, kelemahan fisik, sedangkan faktor psikologik pencetus depresi pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi, interpersonal (Frank J. Bruno, 1997).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Desa ....... ...... Terdapat 80 KK yang mempunyai lansia yang tinggal bersama mereka.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan pekerjaan.
4. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ tahun 2009 berdasarkan informasi.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Peneliti
Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan mata kuliah riset keperawatan.
D.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai penambah informasi untuk mahasiswa jurusan Keperawatan/Kebidanan dalam melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan Depresi pada Lansia.
D.3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi keluarga untuk menambah pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia dan sebagai informasi bagi keluarganya tentang gambaran pengetahuan terhadap depresi pada lansia.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEPRESI PADA LANSIA DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi Pada Lansia di Desa

Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi Pada Lansia di Desa

»Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi Pada Lansia di Desa
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
DEPRESI PADA LANSIA DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang mengganggu aktivitas sosial dalam sehari-hari. Depresi biasanya terjadi pada saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih atau jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan, kehilangan dan frustasi yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun secara umum perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup singkat dan mudah dihalau (Gred Wilkinson, 1995).
Depresi dan Lanjut Usia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Pada kenyataanya tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai persoalan hidup yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti : kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya depresi. Tidak adanya media bagi lanjut usia untuk mencurahkan segala perasaan dan kegundahannya merupakan kondisi yang akan mempertahankan depresinya, karena dia akan terus menekan segala bentuk perasaan negatifnya ke alam bawah sadar (Rice philip I, 1994).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif. Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi (Ahmad Djojosugito, 2002).
Depresi dialami oleh 80 persen mereka yang berupaya atau melakukan bunuh diri pada penduduk yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Bunuh diri adalah suatu pilihan untuk mengakhiri ketidakberdayaan, keputusasaan dan kemarahan diri akibat gangguan mood. Angka bunuh diri meningkat tiga kali lipat pada populasi remaja (usia 15 sampai 24) karena terdapat peningkatan insiden depresi pada populasi ini. Pria yang berusia lebih dari 64 tahun memiliki angka bunuh diri 38/100.000 dibandingkan dengan angka 17/100.000 untuk semua pria di Amerika Serikat (Roy, 2000).
Menurut sebuah penelitian di Amerika, hampir 10 juta orang Amerika menderita Depresi dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dan budaya. Angka depresi meningkat secara drastis diantara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50 persen sampai 75 persen penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Dari jumlah itu, angka yang signifikan dari orang dewasa yang tidak terganggu secara kognitif (10 sampai 20 persen) mengalami gejala-gejala yang cukup parah untuk memenuhi kriteria diagnostik depresi klinis. Oleh karena itu, depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disignifikan merupakan gangguan psikiatri yang paling banyak terjadi pada lansia, tetapi untungnya dapat diobati dan kembali sehat (Hermana, 2006).
Selain itu prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 persen dan hasil meta analisis dari laporan-laporan negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6. Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-45 persen. Perempuan lebih banyak menderita depresi (Chaplin dan Prabova Royanti, 1998).
Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak khas. Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti: kelelahan kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan dan sebagainya. Depresi pada lansia juga tampil dalam bentuk pikiran agitatif, ansietas, atau penurunan fungsi kognitif. Sejumlah faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stress kronis, penggunaan obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor resiko vaskuler, kelemahan fisik, sedangkan faktor psikologik pencetus depresi pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi, interpersonal (Frank J. Bruno, 1997).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Desa ....... ...... Terdapat 80 KK yang mempunyai lansia yang tinggal bersama mereka.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan pekerjaan.
4. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ tahun 2009 berdasarkan informasi.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Peneliti
Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan mata kuliah riset keperawatan.
D.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai penambah informasi untuk mahasiswa jurusan Keperawatan/Kebidanan dalam melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan Depresi pada Lansia.
D.3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi keluarga untuk menambah pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia dan sebagai informasi bagi keluarganya tentang gambaran pengetahuan terhadap depresi pada lansia.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEPRESI PADA LANSIA DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi Pada Lansia di Desa

Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

»Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 dalah meningkat kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia, Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, upaya kesehatan, upaya kesehatan dilaksanakan secara merata, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sehubungan dengan itu puskesmas sebagai unit palayanan kesehatan terdepan dengan mutu yang lebih baik dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat (Depkes RI, 2002).
Pelayanan kesehatan yang bermutu masih dari harapan masyarakat serta berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu, maka UU kesehatan Nomor 23 tahun 1992 meningkatkan pentingnya mutu pelayanan kesehatan, khususnya di tingkat puskesmas (Nadesul, 2008).
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dan menggunakan hasil pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut menyelanggarakan dengan menitik beratkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa pengambilan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya berada dibawah Dinas kesehatan kabupaten dan kota (Nadesul, 2008).
Pada tahun 1980-an, pusat pelayanan kesehatan terlihat sangat ramai dikunjungi pasien yang hendak berobat, yang kini feromena itu jarang terjadi. Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, mestinya puskesmas dapat menjadi tempat rujukan pertama dengan pelayanan prima yang dapat mengalami berbagai masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat, dan yang lebih fatal dimana petugas puskesmas tidak begitu tanggap dengan pelayanan medik, tetapi tubuh menekankan administrasi (Nadesul 2008).
Banyak masalah yang menjadi pemicu rendahnya pencitraan puskesmas pada saat sekarang. Sarana yang tidak lengkap seperti obat-obatan yang kurang bermutu dari seri varial, petugas yang kurang tanggap dengan pasien, keramahan yang kurang dari pemberian palayanan, sehingga masyarakat kurang puas setiap berobat ke pusat pelayanan, kesehatan ini. Disampaikan itu program puskesmas yang kurang berjalan menjadi pemicu rendahnya mutu pelayanan puskesmas di mata masyarakat (Nadesul, 2008).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ... ..... tahun 2009.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas ... ..... tahun 2009 ?

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ... ..... Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ... ..... tahun 2009 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009 berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009 berdsarkan lama bekerja.
4. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanaan kesehatan di puskesmas ... ..... 2009 Berdasarkan sumber Informasi.

D. Manfaat Peneliti
D.1. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengalaman dan memperluas ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian khusunya tentang mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009.
D.2. Bagi Petugas Kesehatan
Memberikan masukan bagi petugas kesehatan dalam pelaksanaan, pemberian mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009.
D.3. Bagi Institasi Pendidikan
Sebagai bahan atau pedoman untuk penelitian selanjuntnya oleh Mahasiswa/Mahasiswi Akademi Keperawatan Nauli Husada Sibolga dan memberi acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

»Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 dalah meningkat kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia, Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, upaya kesehatan, upaya kesehatan dilaksanakan secara merata, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sehubungan dengan itu puskesmas sebagai unit palayanan kesehatan terdepan dengan mutu yang lebih baik dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat (Depkes RI, 2002).
Pelayanan kesehatan yang bermutu masih dari harapan masyarakat serta berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu, maka UU kesehatan Nomor 23 tahun 1992 meningkatkan pentingnya mutu pelayanan kesehatan, khususnya di tingkat puskesmas (Nadesul, 2008).
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dan menggunakan hasil pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut menyelanggarakan dengan menitik beratkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa pengambilan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya berada dibawah Dinas kesehatan kabupaten dan kota (Nadesul, 2008).
Pada tahun 1980-an, pusat pelayanan kesehatan terlihat sangat ramai dikunjungi pasien yang hendak berobat, yang kini feromena itu jarang terjadi. Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, mestinya puskesmas dapat menjadi tempat rujukan pertama dengan pelayanan prima yang dapat mengalami berbagai masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat, dan yang lebih fatal dimana petugas puskesmas tidak begitu tanggap dengan pelayanan medik, tetapi tubuh menekankan administrasi (Nadesul 2008).
Banyak masalah yang menjadi pemicu rendahnya pencitraan puskesmas pada saat sekarang. Sarana yang tidak lengkap seperti obat-obatan yang kurang bermutu dari seri varial, petugas yang kurang tanggap dengan pasien, keramahan yang kurang dari pemberian palayanan, sehingga masyarakat kurang puas setiap berobat ke pusat pelayanan, kesehatan ini. Disampaikan itu program puskesmas yang kurang berjalan menjadi pemicu rendahnya mutu pelayanan puskesmas di mata masyarakat (Nadesul, 2008).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ... ..... tahun 2009.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas ... ..... tahun 2009 ?

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ... ..... Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ... ..... tahun 2009 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009 berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009 berdsarkan lama bekerja.
4. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanaan kesehatan di puskesmas ... ..... 2009 Berdasarkan sumber Informasi.

D. Manfaat Peneliti
D.1. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengalaman dan memperluas ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian khusunya tentang mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009.
D.2. Bagi Petugas Kesehatan
Memberikan masukan bagi petugas kesehatan dalam pelaksanaan, pemberian mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009.
D.3. Bagi Institasi Pendidikan
Sebagai bahan atau pedoman untuk penelitian selanjuntnya oleh Mahasiswa/Mahasiswi Akademi Keperawatan Nauli Husada Sibolga dan memberi acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri

»Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG
MENARCHE DI SMP NEGERI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menstruasi (haid) merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, dimana terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Ini ditandai dengan pertumbuhan yang terus berlanjut menuju kondisi somatik, sexual dan psikologi yang lebih matur. Perubahan-perubahan tersebut tidak terjadi secara spontan, tetapi melalui proses pertumbuhan yang cepat setelah menstruasi pertama (menarche). Di akhir masa kanak-kanak akhir sebenarnya terjadi pada masa menjelang kedatangan masa remaja (Jamaluddin, 2004).
Menarche adalah haid yang pertama kali datang. Gejalanya terasa sakit pada daerah mamae, bagian abdomen dan pinggang dan ada sebagian remaja mengalami tumbuhnya jerawat pada saat haid pertamanya.
Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas. Permulaan masa pubertas yang sering disebut sebagai pematangan fungsi reproduksi, pada perempuan ditandai dengan haid. Remaja putri yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami menarche (Manuaba, 2004).
Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun. Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap anak perempuan (Ganong, 2003).
Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, sosial, sekonomi, dan lain-lain. Di Inggris usia rata-rata untuk mecapai menarche adalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bunding di Papua, Menarche dicapai pada usia 18,8 tahun (Jamaluddin, 2004).
Bahwa di Indonesia gadis remaja pada waktu Menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata Menarche 12,5 tahun, usia Menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal di Desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat (Wiknjosastro, 2003).
Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu mendapat perhatian khusus karena hal ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita (Huffman, 1968).
Anak-anak berusia 12 tahun atau 13 tahun sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja. Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya (Maju, 1996).
Menjadi remaja berarti mengalami proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan, lonjakan pertumbuhan badani dan organ reproduksi adalah masalah besar yang mereka hadapi, terutama wanita. Menarche adalah peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah dimulai (Huffman, 1968)
Dari hasil survey pendahuluan yang saya dapatkan di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009 terdapat 300 siswa perempuan, sedangkan yang telah mengalami menarche terhitung 30 orang.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui tentang “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
C.2.1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009 berdasarkan umur.
C.2.2. Untuk mengetahui Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009 berdasarkan tempat tinggal.
C.2.3. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009 berdasarkan informasi.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengetahuan remaja putri tentang Menarche dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
C.2. Bagi yang diteliti
Sebagai bahan informasi bagi siswi di SMP Negeri 5 ......... tentang tingkat pengetahuan terhadap Menarche.
C.3. Bagi peneliti
Menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian tentang Menarche dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Pendidikan D.III Kebidanan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MENARCHE DI SMP NEGERI
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri

»Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG
MENARCHE DI SMP NEGERI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menstruasi (haid) merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, dimana terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Ini ditandai dengan pertumbuhan yang terus berlanjut menuju kondisi somatik, sexual dan psikologi yang lebih matur. Perubahan-perubahan tersebut tidak terjadi secara spontan, tetapi melalui proses pertumbuhan yang cepat setelah menstruasi pertama (menarche). Di akhir masa kanak-kanak akhir sebenarnya terjadi pada masa menjelang kedatangan masa remaja (Jamaluddin, 2004).
Menarche adalah haid yang pertama kali datang. Gejalanya terasa sakit pada daerah mamae, bagian abdomen dan pinggang dan ada sebagian remaja mengalami tumbuhnya jerawat pada saat haid pertamanya.
Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas. Permulaan masa pubertas yang sering disebut sebagai pematangan fungsi reproduksi, pada perempuan ditandai dengan haid. Remaja putri yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami menarche (Manuaba, 2004).
Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun. Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap anak perempuan (Ganong, 2003).
Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, sosial, sekonomi, dan lain-lain. Di Inggris usia rata-rata untuk mecapai menarche adalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bunding di Papua, Menarche dicapai pada usia 18,8 tahun (Jamaluddin, 2004).
Bahwa di Indonesia gadis remaja pada waktu Menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata Menarche 12,5 tahun, usia Menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal di Desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat (Wiknjosastro, 2003).
Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu mendapat perhatian khusus karena hal ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita (Huffman, 1968).
Anak-anak berusia 12 tahun atau 13 tahun sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja. Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya (Maju, 1996).
Menjadi remaja berarti mengalami proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan, lonjakan pertumbuhan badani dan organ reproduksi adalah masalah besar yang mereka hadapi, terutama wanita. Menarche adalah peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah dimulai (Huffman, 1968)
Dari hasil survey pendahuluan yang saya dapatkan di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009 terdapat 300 siswa perempuan, sedangkan yang telah mengalami menarche terhitung 30 orang.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui tentang “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
C.2.1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009 berdasarkan umur.
C.2.2. Untuk mengetahui Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009 berdasarkan tempat tinggal.
C.2.3. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009 berdasarkan informasi.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengetahuan remaja putri tentang Menarche dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
C.2. Bagi yang diteliti
Sebagai bahan informasi bagi siswi di SMP Negeri 5 ......... tentang tingkat pengetahuan terhadap Menarche.
C.3. Bagi peneliti
Menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian tentang Menarche dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Pendidikan D.III Kebidanan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MENARCHE DI SMP NEGERI
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri