Ribuan Artikel Kesehatan ada disini, Cari Cepat disini:

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan |
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

Gambaran Akseptor KB Metode Operatif Pria (Mop) Di Wilayah Kerja Puskesmas

»Gambaran Akseptor KB Metode Operatif Pria (Mop) Di Wilayah Kerja Puskesmas
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN AKSEPTOR KB METODE OPERATIF PRIA (MOP)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan usia subur dalam mencapai tujuan reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan pelayanan meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB (BKKBN 2001).
Pengembangan metode kontrasepsi pria masih jauh tertinggal karena adanya hambatan-hambatan yang ditemukan antara lain kesulitan dalam memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi, hambatan medis yang berupa ketersediaan alat maupun ketersediaan tenaga kesehatan, selain itu juga adanya rumor yang beredar di masyarakat mengenai alat kontrasepsi sehingga hal ini menjadi faktor penghambat dalam pengembangan metode kontrasepsi (BKKBN, 2001).
Rendahnya partisipasi pria dalam ber KB dapat memberikan dampak negatif bagi kaum wanita karena dalam kesehatan reproduksi tidak hanya kaum wanita saja yang selalu berperan aktif. Salah satu penyebab dari rendahnya pemakai kontap/vasektomi ini adalah karena tingkat pengetahuan masih rendah, informasi dan motivasi para kaum pria yang berstatus PUS disamping itu partisipasi kaum pria masih sangat rendah. (http//www.BKKBN.go.id)
Pengembangan program KB yang secara resmi dimulai sejak tahun 1970 telah memberikan dampak terhadap penurunan tingkat fertilitas total (TFR) yang cukup menggembirakan, namun partisipasi pria dalam ber KB masih sangat rendah yaitu sekitar 0,4% (SDKI 2002-2003). Sedangkan di negara berkembang lainnya seperti Bangladesh 8%, Nepal 24%, Malaysia 16,8%. (SDKI 2002-2003). Hal ini selain disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan suami akan hak-hak dan kesehatan reproduksi serta kesehatan dan keadilan.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 226 juta dan merupakan negara keempat dengan penduduk terbanyak di dunia. (www.BKKBN.go.id) sedangkan jumlah penduduk Kota Metro diperkirakan sebesar 130.348 orang. (Badan Pusat Statistik)
Menurut data BKKBN tahun 2003 melaporkan partisipasi pria dalam BKKBN secara nasional hanya 1,3% terdiri dari akseptor yang memakai kondom 0,7%, akseptor yang memakai vasektomi 0,6%. (http//wwwBKKBN.go.id). Peran pria dalam ber KB masih sangat rendah di Indonesia hanya 1,8%, jauh dari target tahun 2001 sebesar 2,41%, karena itu perlu upaya sangat keras dari pelaksana program untuk mencapai partisipasi pria menjadi 8% diakhir 2004 dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 (Kompas, 2001).
Berdasarkan data dari Puskesmas ............ jumlah PUS tahun 2007 sebesar 3372 dengan jumlah akseptor KB yang aktif 2934, dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 1441 (49,1%), akseptor pil sebesar 648 (22,1%), akseptor IUD sebesar 395 (13,5%), akseptor implant sebesar 279 (9,5%), akseptor MOW sebesar 132 (4,5%), akseptor MOP sebesar 20 (0,7%), dan akseptor kondom sebesar 19 (0,6%).
Wilayah kerja Puskesmas ............ dibagi menjadi 3 yaitu, ............, Hadimulyo Barat dan Hadimulyo Timur. Berdasarkan data dari Puskesmas ............ tahun 2007 terdapat rincian sebagai berikut jumlah PUS di wilayah ............ sebesar 865 orang dengan jumlah KB aktif 853 orang dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 420 (49,2%), akseptor pil sebesar 184 (21,6%), akseptor IUD sebesar 119 (13,9%), akseptor implant sebesar 90 (10,6%), akseptor MOW sebesar 29 (3,4%), akseptor kondom sebesar (0,7%) dan akseptor MOP sebesar 5 (0,6%). Data Hadimulyo Barat jumlah PUS 1602 orang, KB aktif 1215 orang, dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 589 (48,5%), akseptor pil sebesar 293 (24,1%), akseptor IUD sebesar 178 (14,7%), akseptor impant sebesar 91 (7,4%), akseptor MOW sebesar 47 (3,9%), akseptor kondom sebesar 9 (0,7%) dan akseptor MOP sebesar 8 (0,7%) sedangkan data Hadimulyo Timur jumlah PUS 905 orang, KB aktif 866 orang, dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 432 (49,9%), akseptor pil sebesar 171 (19,7%) akseptor IUD sebesar 98 (11,3%), akseptor impant sebesar 98 (11,3%), akseptor MOW sebesar 56 (6,5%), akseptor kondom 4 (0,5%), dan akseptor MOP sebesar 7 (0,8%).
Menurut data dari Puskesmas ............ tahun 2007 terdapat 2934 akseptor KB aktif dan hanya terdapat 20 aksepor yang menggunakan KB MOP. Sedangkan vasektomi adalah metode efektif bagi laki-laki.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui gambaran keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana (KB) MOP di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ........

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, maka rumusan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran akseptor keluarga berencana (KB) MOP di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ........

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis menetapkan ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Studi deskriptif
2. Objek penelitian : Gambaran akseptor KB MOP
3. Subyek penelitian : Suami yang menjadi akseptor KB MOP di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... .......
4. Lokasi penelitian : Wilayah Kerja Pukesmas ............ Kecamatan ...... .......
5. Waktu penelitian : Mei – Juni 2008
6. Alasan penelitian : Menurut data dari Pukesmas ............ tahun 2007 terdapat 2934 akseptor KB yang aktif dan hanya terdapat 0,7% pengguna KB MOP sedangkan KB MOP merupakan metode yang efektif bagi laki-laki.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, maka peneliti menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran akseptor KB MOP di Peskesmas ............ Kecamatan ...... ........
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh gambaran akseptor KB MOP berdasarkan pengetahuan di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... Tahun 2007
b. Diperoleh gambaran akseptor KB MOP berdasarkan karakteristik suami (pendidikan, ekonomi) di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... Tahun 2007
c. Diperoleh gambaran akseptor KB MOP berdasarkan alasan ikut KB MOP di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... Tahun 2007
d. Diperoleh gambaran akseptor KB MOP berdasarkan keluhan di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... Tahun 2007

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dalam bidang penelitian dan mengetahui keikutsertaan suami menjadi akseptor KB.
2. Bagi Suami
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi suami di wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... mengenai alat/metode kontrasepsi pada pria.
3. Bagi Institusi Kebidanan Wira Buana
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN AKSEPTOR KB METODE OPERATIF PRIA (MOP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)