Ribuan Artikel Kesehatan ada disini, Cari Cepat disini:

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan |
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

INFEKSI NIFAS DAN KETUBAN PECAH DINI

»INFEKSI NIFAS DAN KETUBAN PECAH DINI
INFEKSI NIFAS DAN KETUBAN PECAH DINI

INFEKSI NIFAS

A. PENDAHULUAN
Istlah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetal pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi ini merupakan penyebab kematian maternal, di negara-negara sedang berkembang, dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna, peran infeksi nifas masih besar (Sarwono, 2006. hal : 690).

B. PENYEBAB TERJADINYA INFEKSI NIFAS DAN PENANGGULANGAN
1. Penyebab
Infeksi nifas dapat terjadi karena tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina kedalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembatunya. (Sarwono, 2006, hal : 691).
Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain : kurangnya gizi atau malnutrisi, anemia, kelelahan, proses persalinan bermasalah yakni partus lama/macet, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan dan dapat berlanjut dalam masa nifas, (Abdul Bari Saifuddin, 2006. hal : 260).

2. Penanggulangan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari atas membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
Pengobatan dengan antibiotik memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Jenis antibiotika yang baik yang mempunyai khasiat yang nyata terhadap kuman-kuman yang menjadi penyabab infeksi nifas. Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya tahan tubuh tetap di perlukan. Perawatan sangatlah penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita, bila perlu tranfusi darah dilakukan. (Sarwono, 2006, hal : 699).
Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis halus berlubang, lakukan jahitan sekunder 2 – 4 minggu setelah infeksi membaik. Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih dan sering di ganti. (Abdul Bari Saifuddin, 2006, hal : 264).

C. KESIMPULAN
Infeksi nifas adalah mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas, infeksi nifas dapat terjadi karena kuman pemeriksa atau penolong, penanggulangan membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir.



DAFTAR PUSTAKA


Prawirohardjo, Sarwono, 2006, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Saifuddin, Abdul Bari, 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
KETUBAN PECAH DINI

A. PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban pecah pada kehamilan yang telah viable dan 6 jam setelah itu tidak diikuti dengan terjadinya persalinan (Achadiat, Chrisdiono M, 2004 : 81).
Kebanyakan ibu dengan KPD akan mengalami persalinan spontan dan hasilnya baik. Namun, ada bahaya yang berhubungan dengan ketuban pecah meliputi infeksi, tali pusat menumbung, infeksi latrogenik, asenden dari pemeriksaan vagina dan perlunya indukasi atau augmentasi persalinan dengan intervensi yang sesuai. (Chapman, Vicky, 2006 : 6).

B. MASALAH DAN PENANGULANGAN
1. Masalah
a. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu.
b. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
c. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
2. Penanggulangan
a. Penanganan umum
1) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG.
2) Lakukan pemeriksaan inspekulo (dengan spekulum DTT) untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna,bau) dan membedakannya dengan urin.
3) Jika ibu mengelum perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan lakukan pemeriksaan dalam secara digital.
4) Tentukan ada tidaknya infeksi.
5) Tentukan tanda-tanda inpartu.
b. Penanganan khusus
1) Bau cairan ketuban yang khas
2) Jikamkeluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai satu jam kemudian.
3) Dengan spekulum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterios. Jangan lakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu diagnosis dan dapat mengundang inspeksi.
4) Jika mungkin, lakukan :
- Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah berubah menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis) darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif – palsu.
- Tes pakis, jangan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan biarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis. (Syaefuddin, Abdul Bari, 2002 ; M – 112 – M – 114).

C. KESIMPULAN
Pengelolaan ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah yang masih konstraversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan baku masih belum ada, selalu berubah. KPD seringkali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan mordibitas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain di sebabkan karena kematian akibat kurang bulan dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif. .

DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, Chrisdiono M, 2004, Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi, Jakarta : EGC.
Chapman, Vicky, 2006, Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, Jakarta : EGC.
Saifuddin, Abdul Bari, 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.