Ribuan Artikel Kesehatan ada disini, Cari Cepat disini:

KTI D3 Kebidanan[1] | KTI D3 Kebidanan[2] | cara pemesanan KTI Kebidanan |
PERHATIAN : jika file belum ter-download, Sabar sampai Loading halaman selesai lalu klik DOWNLOAD lagi

Pemeriksaan Fisik Bayi

»Pemeriksaan Fisik Bayi Pemeriksaan Fisik Bayi: "
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit. Sebclum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

  1. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
  2. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
  3. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir.
  4. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
Penilaian Apgar Score
Pemeriksaan ini bertujuan menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan refieks dan warna kulit.
Cara:
  1. Lakukan penilaian Apgar score dengan cara jumlahkan hasil penilaian tanda, seperti laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit.
  2. Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut:
a. Adaptasi baik : skor 7-10
b. Asfiksia ringan-sedang : skor 4-h
c. Asfiksia berat : skor 0-3

Pemeriksaan Cairan Amnion
Pemeriksaan cairan amnion bertujuan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan amnion, seperti jumlah volumenya. Apabila volumenya lebih dari 2000 ml bayi mengalami polihidramnion atau disebut hidramnion, sedangkan apabila jumlahnya kurang dari 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion.

Pemeriksaan plasenta
Pemeriksaan plasenta bertujuan untuk menentukan keadaan/kondisi plasenta. Pemeriksaan ini meliputi ada tidaknya pengapuran, nekrosis, berat dan jumlah korion. Pemeriksaan ini penting dalam menentukan terjadi kembar identik atau tidak.

Pemeriksaan Tali pusat
Pemeriksaan tali pusat bertujuan menilai ada tidaknya kelainan dalam tiali pusat, seperti ada tidaknya vena dan arteri, tali simpul pada tali pusat, dan lain-lain.

Cara:
1. Lakukan pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada
2. Lakukan penilaian hasil pengukuran:
  • Berat badan normal adalah 2500-3500 gram, apabila berat badan kurang dari 2500 gram disebut bayi prematur dan apabila berat badan lahir lebih dari 3500 maka bayi dise°but macrosomia.
  • Panjang badan normal adalah 45-50 cm.
  • Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm.
  • Lingkar dada normal adalah 30-33 cm, apabila diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami hidrocephalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami microcephalus.
Pemeriksaan Kepala
Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah kepala.
2. Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:
  • Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetri atau tidak.
  • Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfiuktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari.
  • Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tanpak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyeberangi sutura dan apabila menyeberangi sutura kemungkinan mengalami fraktur tulang tengkorak. Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan
  • Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala tanpak asimetris, scring diraba terjadi fiuktuasi dan edema.
  • Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.
Pengukuran Fontanel dan Sutura Sumber: Wong, DL, 1996
Penatalaksaan
Mata Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah mata.
2. Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti:
  • Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.
  • Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya berkurang.
  • Sindrom Down, ditemukan epicanthus melebar.
  • Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.
  • Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.
Pemeriksaan Telinga
Cara:
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejutmaka pendengarannya baik, kemdian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

Pemeriksaan Hidung
Cara:
  1. Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung, atau ensefalokel yang menojol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru.
  2. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah perlu,dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
Pemeriksaan Mulut
Cara:
  1. Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.
  2. Amati warna, kemampuan refieks menghisap. Apabila lidah menjulur keluar dapat dinilai adanya kecacatan kongenital.
  3. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya disebut sebagai Monilia albicans.
  4. Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.
Pemeriksaan pada Leher
Cara:
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.

Pemeriksaan Dada, Paru, dan Jantung
Cara:
1. Lakukan inspeksi bentuk dada:
  • Apabila tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
  • Yernapasan bayi normal pada umumnya dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali per menit, perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic breathing di mana pola pernapasan pada neonatus terutama pada prematur ada henti napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala.
2. Lakukan palpasi daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung.
3. Lakukan auskultasi paru dan jantung dc:ngan menggunakan stetoskop untuk menilai frekuensi, dan suara napas/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung antara 120-160 kali per menit. Suara bising sering ditemukan pada bayi, apabila ada suara bising usus pada daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.

Pemeriksaan Abdomen
Cara:
  1. Lakukan inspeksi bentuk abdomen. Apabila abdomen membuncit kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut, dan adanya kembung.
  2. Lakukan auskultasi adanya bising usus.
  3. Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan. Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
  4. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus diantiara garis tc;ngah dan tepi perut. Bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm, adaya peembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan atau trombosis vena renalis.
Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Cara:
  1. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang bclakang untuk mencari ada tidaknya kelainan, seperti skoliosis, meningokel, spina bifida, dan lain-lain.
  2. Amati pcrgerakan ekstremitas. Untuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan, dan kelainan bentuk jari.
Pemeriksaan Genetalia
Cara:
  1. Lakukan inspeksi pada genitalia wanita, seperti keadaan labiominora, labio mayora, lubang uretra dan lubang vagina.
  2. Lakukan inspeksi pada genitalia laki-laki, sepe°.rti keadaan penis, ada tidaknya hipospadia (defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penis), dan epispadia (defek pada dorsum penis).
Pemeriksaan Anus dan Rektum
Cara:
  1. Lakukan inspeksi pada anus dan rektum, untuk menilai adanya kelainan atresia ani atau posisi anus.
  2. Lakukan inspeksi ada tidaknya mekonium (umumnya keluar pada 24 jam) apabila ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka kemungkinan adanya mekonium plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.
Pemeriksan Kulit
Cara:
  1. Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi yang c;ukup bulan).
  2. Lakukan inspeksi ada tidaknya lanugo (rambut halus yang terdapat pada punggung bayi). hanugo ini jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan dari pada bayi cukup bulan. (Corry S Matondang dkk, 2000)



"